Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani India Menang, PM Modi Cabut UU Pertanian Kontroversial

Kompas.com - 19/11/2021, 15:17 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters,BBC

NEW DELHI, KOMPAS.com – Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi pada Jumat (19/11/2021) secara tiba-tiba mengatakan akan mencabut tiga undang-undang (UU) pertanian kontroversial.

Pengumuman tersebut cukup mencengangkan sekaligus menjadi kemenangan bagi para petani yang kukuh memprotes UU tersebut selama lebih dari setahun.

Modi mengatakan hal tersebut menjelang pemilihan awal tahun depan di Negara Bagian Uttar Pradesh dan dua negara bagian utara lainnya dengan populasi pedesaan yang besar.

Baca juga: Aksi Protes Petani India: 9 Orang Tewas Buntut Kendaraan Menteri yang Menabrak Demonstran

“Hari ini saya datang untuk memberi tahu Anda, seluruh negara, bahwa kami telah memutuskan untuk menarik ketiga UU pertanian itu,” kata Modi dalam pidatonya.

“Dalam sidang parlemen mulai akhir bulan ini, kami akan menyelesaikan proses konstitusional untuk mencabut tiga UU pertanian ini,” sambung Modi sebagaimana dilansir Reuters.

UU pertanian yang diberlakukan pada September 2020 tersebut ditolak para petani India karena dianggap merugikan mereka karena membuka sektor pertanian untuk pemain swasta.

Para petani berbondong-bondong ke New Delhi untuk menggelar aksi protes nasional. Mereka sampai berkemah di sekitar New Delhi dan berjanji tidak pulang sampai UU itu dicabut.

Aksi para petani itu mendapat perhatian dari para aktivis dan selebritas luar India, termasuk aktivis iklim Greta Thunberg dan penyanyi AS Rihanna.

Baca juga: Genap 100 Hari Berdemo Tolak UU Pertanian, Petani India Blokade Jalan

Banyak aksi protes besar berpusat di sekitar New Delhi, tempat para petani berkemah di pinggir jalan sejak November 2020.

Partai berkuasa di India Partai Bharatiya Janata (BJP), tahun lalu mengatakan berkukuh tidak akan mencabut UU tersebut.

Partai tersebut berusaha memecahkan kebuntuan dengan para petani dengan menawarkan pelunakan atas UU pertanian, tetapi negosiasi yang berlarut-larut gagal.

Kini, kendati Modi sudah mengumumkan pencabutan tiga UU pertanian, seorang pemimpin klompok tani Rakesh Tikait mengatakan aksi protes mereka belum berakhir.

“Kami akan menunggu sampai parlemen mencabut UU tersebut,” tulis Tikait di Twitter.

Baca juga: Greta Thunberg hingga Rihanna Beri Dukungan Petani India untuk Protes Reformasi Pertanian

Kemenangan petani

Di sisi lain, para petani di Negara Bagian Punjab dan Negara Bagian Haryana merayakan berita pencabutan tiga UU pertanian.

Mereka mengibarkan bendera kemenangan dan membagikan permen. Tapi mereka bilang pertarungan belum berakhir.

"Kami tidak percaya pada janji lisan. Kecuali kami melihatnya secara tertulis bahwa UU itu benar-benar dicabut, kami akan tetap di sini,” Raj Singh Chaudhary, seorang pengunjuk rasa, mengatakan kepada BBC.

Chaudhary termasuk di antara ratusan petani yang menggelar aksi protes di perbatasan Delhi-Ghazipur selama setahun terakhir.

Baca juga: Kenapa Petani India Memusuhi Reformasi Agraria? Ini Penjelasannya

Pemimpin petani lainnya mengatakan, mereka butuh janji tambahan dari pemerintah seputar kepastian harga hasil panen mereka untuk mengakhiri protes mereka.

Pengumuman pencabutan UU pertanian telah mengejutkan banyak pengamat politik serta mereka yang menentang UU tersebut.

Banyak pihak mengatakan, pengumuman itu adalah kemenangan besar bagi para petani India.

Partai-partai oposisi menyambut baik keputusan itu. Politikus oposisi, Rahul Gandhi, menyebutnya sebagai kemenangan melawan ketidakadilan.

Ketua Menteri Benggala Barat Mamata Banerjee turun ke media sosial untuk memuji para petani dan memberi selamat kepada mereka.

Baca juga: Nekat Serbu New Delhi dengan Traktor, Ini Penjelasan Aksi Protes Petani India

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com