Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Joe Biden Featuring Putin versus Xi Jinping?

Kompas.com - 14/11/2021, 08:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebagaimana diceritakan di dalam bukunya Promise me, Dad. A year of hope, hardship, and purpose (2017), keluarga Joe Biden hampir selalu menghabiskan waktu Thanksgiving di
Nantucket, Massachusetts, di bagian selatan Cape Cod. Daerah tersebut bersejarah bagi Joe Biden, juga bagi istrinya Jill.

Ceritanya, pada perayaan Thanksgiving 1975, tahun-tahun pertama Joe Biden menjadi senator, Biden muda terjebak di dalam tiga pilihan keluarga yang sulit.

Di saat itu, Biden muda berstatus single parent dengan dua anak, Beau berumur 6 tahun dan Hunter 5 tahun, dan sedang dalam masa penjajakan dengan Jill Jacob sebagai istri kedua

Orangtua Joe Biden menginginkan mereka berempat merayakan Thanksgiving di Wilmington. Sementara orangtua Jill menginginkan mereka merayakannya di Willow Grove, Pensylvania.

Tak hanya itu, orangtua almarhum istri Joe Biden juga menginginkan mereka menghabiskan waktu perayaan Thanksgiving di tempat mereka, di New York bagian utara.

Biden muda kala itu bimbang. Sesuai karakter politiknya yang centerist (tengah), Biden tentu berpikir keras tentang bagaimana berdiplomasi dengan ketiga keluarga tersebut. Masalahnya sudah jelas bahwa lokasi manapun dari ketiga lokasi tersebut yang dipilihnya, akan ada yang tersinggung.

Sebenarnya hal itu terkesan hanya sebagai masalah kecil bagi seorang senator muda yang spiritnya sedang menyala-nyala ketika itu.

Kita bisa membayangkan misalnya bagaimana jika Donald Trump ada dalam posisi yang sama. Berkemungkinan besar pilihan tindakan yang akan diambil Donald Trump adalah memilih salah satu keluarga dan menyudutkan atau menyerang dua lainnya.

Tentu kemungkinan tersebut tak lepas dari karakter pribadi dan keyakinan politik Donald Trump sendiri yang terbilang sangat “kanan.”

Tapi tipikal Biden yang centerist, akhirnya memaksanya untuk memperoleh second opinion. Biden memanggil chief of staff-nya di Senat, lalu menjelaskan persoalan yang membuatnya bimbang, untuk mendapatkan pandangan lain.

Setelah mendengar curhatan Biden muda, kepala stafnya spontan pmemberikan opsi ke empat, "nuclear Thanksgiving." Kata nuclear mengacu kepada "nuclear family" alias keluarga inti, alias hanya Joe Biden sang duda, Beau, Hunter, dan Jill.

Nampaknya saran kepala staf senator muda tersebut juga tak jauh-jauh dari karakter politik bosnya, yakni jalan tengah pp (middle way).

Tanpa pikir panjang, Biden memakai opsi jalan tengah tersebut, yang berarti fokus kepada kebahagiaan keluarga intinya kala merayakan Thanksgiving, tanpa harus ada salah satu atau dua dari keluarganya yang merasa tersinggung. Dan jadilah sampai hari ini, thanksgiving keluarga Biden sering dirayakan di Nantucket tersebut.

Dan bagi saya, cerita sederhana tersebut bisa menjadi kacamata sederhana tapi mumpuni untuk memahami bagaimana diplomasi Joe Biden dilakukan, baik di tingkat Internasional maupun di ranah domestik.

Baik Biden muda maupun Biden tua berkemungkinan besar akan berusaha mendapatkan second opinion dari para pakar untuk "main aman" di dalam setiap keputusannya.

Karena itulah, dalam pentas global, sesuai saran pakar baik dari kubu Demokrat mupun Republik, multilateralisme akan dinyalakan lagi oleh Joe Biden, setelah ditinggalkan begitu saja oleh Donald Trump.

Tapi di sisi lain, Biden juga tidak mau menyakiti pemilihnya di ranah domestik dengan memberi harapan terlalu besar kepada kelompok globalist/internasionalist yang telah memindahkan modal ke negara-negara murah tenaga kerja.

Artinya, multilateralisme Joe Biden akan berbasiskan kepada kepentingan kelas menengah Amerika, basis pemilih Joe dan Trump.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com