JOHANNESBURG, KOMPAS.com - Presiden kulit putih terakhir Afrika Selatan Frederik Willem (FW) de Klerk meninggal pada Kamis (11/11/2021) pagi di rumahnya di Cape Town menurut FW de Klerk Foundation dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Terduga Pemburu Tewas Diinjak-injak Gajah di Afrika Selatan
"Mantan Presiden FW de Klerk meninggal dengan tenang di rumahnya di Fresnaye pagi ini setelah perjuangannya melawan kanker mesothelioma," kata pernyataan itu melansir Reuters.
De Klerk, 85 tahun, memimpin pemerintahan minoritas kulit putih Afrika Selatan hingga 1994, ketika partai Kongres Nasional Afrika pimpinan Nelson Mandela meraih kekuasaan.
Dia berbagi Hadiah Nobel Perdamaian dengan Mandela.
Tetapi perannya dalam transisi menuju demokrasi di Afrika Selatan tetap diperebutkan lebih dari 20 tahun setelah berakhirnya apartheid.
Pada Maret, dia didiagnosis dengan mesothelioma, kanker yang mempengaruhi jaringan yang melapisi paru-paru.
"Dia meninggalkan istrinya Elita, anak-anaknya Jan dan Susan dan cucu-cucunya," kata yayasan itu.
Pernyataan itu juga menambahkan bahwa keluarga pada waktunya akan membuat pengumuman mengenai pengaturan pemakaman.
Baca juga: Profil Cyril Ramaphosa, Presiden Afrika Selatan
Mantan presiden itu lahir pada Maret 1936 di Johannesburg, dalam barisan politisi Partai Nasional Afrikaner.
Dia bekerja sebagai pengacara dan menjabat dalam serangkaian jabatan menteri, sebelum mengambil alih sebagai ketua Partai Nasional dari PW Botha pada Februari 1989.
Beberapa bulan kemudian menjadi presiden.
Dalam pidatonya yang terkenal di depan parlemen tahun berikutnya, De Klerk mengumumkan menghapus larangan terhadap sejumlah partai termasuk Kongres Nasional Afrika (ANC) Mandela.
Dia juga mengumumkan bahwa Mandela akan dibebaskan dari penjara setelah 27 tahun.
Tindakannya membantu mengakhiri era apartheid Afrika Selatan, dan dia menjadi salah satu dari dua wakil presiden Afrika Selatan, setelah pemilihan multi-partai pada 1994 yang membuat Mandela menjadi presiden.
De Klerk pensiun dari politik pada 1997 dengan mengatakan: "Saya mengundurkan diri karena saya yakin itu demi kepentingan terbaik partai dan negara."
Baca juga: Kisah di Balik Badak Bercula Pink di Afrika Selatan
Meskipun hubungan antara De Klerk dan Mandela sering diselingi oleh ketidaksepakatan yang pahit, Mandela sebagai presiden baru saat itu menggambarkan orang yang digantikannya sebagai seseorang yang berintegritas tinggi.
Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (11/11/2021), Yayasan Nelson Mandela mengatakan De Klerk akan "selamanya dikaitkan dengan Nelson Mandela dalam sejarah Afrika Selatan".
"Warisan De Klerk sangat besar. Ini juga tidak ada duanya, sesuatu yang harus diperhitungkan oleh orang Afrika Selatan saat ini," tambah pernyataan itu melansir BBC.
Banyak yang menyalahkan De Klerk karena gagal mengekang kekerasan terhadap orang kulit hitam Afrika Selatan dan aktivis anti-apartheid selama masa kekuasaannya.
Tahun lalu, dia terlibat dalam pertikaian di mana dia dituduh mengecilkan keseriusan apartheid. Dia kemudian meminta maaf karena "berdalih" atas masalah ini.
Pengacara hak asasi manusia Howard Varney menggambarkannya sebagai "pembela apartheid".
Namun partai oposisi utama Afrika Selatan, Aliansi Demokratik, mengatakan kontribusinya pada transisi negara itu ke demokrasi tidak dapat diabaikan.
"Keputusannya, dalam waktu satu tahun setelah mengambil alih kursi kepresidenan ... untuk mencabut larangan gerakan pembebasan, membebaskan Nelson Mandela dari penjara, mencabut larangan pawai politik dan memulai proses negosiasi empat tahun menuju pemilihan demokratis pertama kami, adalah momen penting dalam sejarah negara kami," kata pemimpin partai John Steenhuisen dalam sebuah pernyataan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.