Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Migran Telantar di Perbatasan akibat Sengketa Politik Belarus-Polandia

Kompas.com - 10/11/2021, 03:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Reuters

WARSAWA, KOMPAS.com - Ratusan migran berkerumun di sekitar api unggun di hutan dalam suhu beku pada Selasa (9/11/2021) di perbatasan Belarus-Polandia yang dihalangi pagar kawat berduri dan diawasi penjaga agar mereka tidak masuk ke Uni Eropa.

Uni Eropa (UE) bersumpah akan memberikan lebih banyak sanksi terhadap Belarus karena Presiden Alexander Lukashenko dianggap menggunakan taktik "gaya gangster" dalam kebuntuan perbatasan selama berbulan-bulan di mana setidaknya 7 migran tewas.

Melansir Reuters pada Rabu (10/11/2021), Polandia dan negara-negara anggota UE lainnya menuduh Belarus mendorong para migran dari Timur Tengah, Afghanistan, dan Afrika untuk secara ilegal melintasi perbatasan ke UE.

Baca juga: Turki Akan Deportasi 7 Migran Suriah karena Video Makan Pisang

Menurut mereka, itu dilakukan Belarus sebagai bentuk pembalasan atas sanksi yang dijatuhkan UE kepada Minsk atas pelanggaran hak asasi manusia.

"Rezim Belarus menyerang perbatasan Polandia, UE, dengan cara yang keterlaluan," ujar Presdien Polandia Andrzej Duda dalam konferensi pers di Warsawa.

"Saat ini kami memiliki kamp migran yang diblokir dari sisi Belarus. Ada sekitar 1.000 orang di sana, kebanyakan pria muda. Ini adalah tindakan agresif yang harus kami tolak, memenuhi kewajiban kami sebagai anggota Uni Eropa," ujar Duda.

Wartawan Reuters melihat penjaga perbatasan Polandia menahan sekelompok migran Kurdi Irak di sebuah hutan di sisi perbatasan Polandia pada Selasa (10/11/2021) sore.

Petugas medis meletakkan selimut Palang Merah di sekitar beberapa migran. Ada seorang wanita tua tidak bisa berjalan.

LSM Grupa Granica (Grup Perbatasan) mengatakan, ada 16 migran dalam kelompok itu, 9 di antaranya anak-anak.

Baca juga: Terjebak di Hutan yang Kejam, Migran Lebanon Menyesal Menyeberang ke Eropa Lewat Belarus

Dikatakan kelompok migran itu telah didorong bolak-balik antara penjaga perbatasan Polandia dan Belarus 4 kali sejak mereka mencapai perbatasan pada 24 Oktober.

"Saya meminta suaka di Polandia," isi sebuah pesan yang ditulis dalam bahasa Inggris di selembar kertas yang dipegang oleh seorang migran pria paruh baya.

Perdana Menteri Mateusz Morawiekci, yang sebelumnya mengunjungi pasukan Polandia yang ditempatkan di perbatasan, mengatakan, para migran digunakan oleh Belarus sebagai bagian dari "jenis perang baru di mana orang digunakan sebagai tameng manusia".

Pemerintah Lukashenko yang didukung oleh Rusia membantah merekayasa krisis migran, dan menyalahkan Eropa serta Amerika Serikat atas penderitaan orang-orang yang terdampar di perbatasan.

Pemerintah Belarus memanggil atase pertahanan Polandia pada Selasa (9/11/2021) untuk memprotes tuduhan yang dianggap tidak berdasar tentang keterlibatan personel militer Belarus dalam krisis migran tersebut.

Baca juga: KJRI Sydney Fasilitasi Kerja Sama Penempatan Pekerja Migran Indonesia ke Australia

Keadaan darurat di perbatasan

Seorang juru bicara dinas keamanan Polandia, Stanislaw Zaryn, menuduh bahwa personel keamanan Belarus "menembakkan tembakan kosong ke udara, mensimulasikan peristiwa berbahaya".

Halaman:

Terkini Lainnya

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Global
Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Global
China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com