Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru India Dipecat dan Dipenjara akibat Rayakan Kemenangan Pakistan di Piala Dunia Kriket

Kompas.com - 06/11/2021, 22:48 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Bila ada dua mahasiswa di sini, lima mahasiswa di sana, atau ada seorang guru memutuskan untuk melakukan hal yang provokatif dan berpotensi memicu masalah lebih lanjut, maka perlu diperiksa...dan diselidiki," katanya.

Keluarga dari sebagian besar mahasiswa itu yakin penahanan tersebut berlebihan.

Baca juga: Siswi Malaysia yang Adukan Candaan Pemerkosaan Guru Penjas Dituntut Ganti Rugi Rp 3,4 Miliar

Tujuh orang di Uttar Pradesh juga dituduh merayakan kemenangan Pakistan.

Menurut polisi, mereka menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan berkomentar tidak nasionalis atas tim kriket India untuk mengganggu ketertiban.

Tiga dari mereka - Arshad Yousef, Inayat Altaf dan Shaukat Ahmad - adalah mahasiswa ilmu teknik suatu kampus di Agra dan kini dipenjara.

Para tertuduh itu pun sudah diskors dari kampus mereka dan kesulitan untuk mendapat pengacara.

"Kami tidak akan memberi bantuan hukum kepada para mahasiswa itu karena mereka merayakan kemenangan Pakistan saat tinggal di India," kata Nitin Verma, Ketua Asosiasi Pengacara Muda di Agra.

"Ini bertentangan dengan bangsa kita dan tidak nasionalis. Tugas kami untuk menentang mereka sehingga tindakan seperti itu tidak akan terulang lagi di masa depan."

Ini bukan kali pertama pertandingan kriket mengundang respons yang kuat.

Pada 2014, 60 mahasiswa asal Kashmir di Uttar Pradesh dituduh melakukan penghasutan karena membela tim Pakistan atas India. Tuduhan itu belakangan dicabut setelah ada rekomendasi hukum dari kementerian hukum.

Kriket selalu mendapat tempat yang besar bagi para warga India, namun survei dari Pew Research Center menemukan bahwa kini hanya sedikit mayoritas dari warga dewasa negara itu (56 persen) yang merasa penting untuk mendukung tim kriket nasional agar dipandang sebagai warga India yang sejati.

"Sejak kapan ada hukum yang menyatakan bahwa mendukung tim kriket lawan adalah kejahatan?" tanya Sharda Ugra, seorang jurnalis kriket dan pengamat sosial.

"Apakah orang asal India di Inggris dan Australia harus ditahan karena mendukung India? Ini jelas merupakan perpecahan agama yang disengaja yang diprovokasi kedua pihak."

Ada juga contoh lain yang mencerminkan situasi serupa.

Pada 2016, seorang warga Pakistan diketahui sebagai penggemar kapten kriket tim India, Virat Kohli. Dia ditahan setelah menaikkan bendera India sebagai penghormatan atas idolanya.

Bicara soal kriket, fanatisme memuncak di India dan Pakistan.

Namun, penahanan yang terjadi belakangan ini di India mengejutkan banyak pihak, yang merasa bahwa kebebasan berekspresi telah menurun pesat.

Laporan tambahan oleh Kunal Sehgal.

Baca juga: 7 Kontroversi John McAfee: Guru Kripto Gadungan hingga Dugaan Bunuh Tetangga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com