"Bila ada dua mahasiswa di sini, lima mahasiswa di sana, atau ada seorang guru memutuskan untuk melakukan hal yang provokatif dan berpotensi memicu masalah lebih lanjut, maka perlu diperiksa...dan diselidiki," katanya.
Keluarga dari sebagian besar mahasiswa itu yakin penahanan tersebut berlebihan.
Baca juga: Siswi Malaysia yang Adukan Candaan Pemerkosaan Guru Penjas Dituntut Ganti Rugi Rp 3,4 Miliar
Tujuh orang di Uttar Pradesh juga dituduh merayakan kemenangan Pakistan.
Menurut polisi, mereka menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan berkomentar tidak nasionalis atas tim kriket India untuk mengganggu ketertiban.
Tiga dari mereka - Arshad Yousef, Inayat Altaf dan Shaukat Ahmad - adalah mahasiswa ilmu teknik suatu kampus di Agra dan kini dipenjara.
Para tertuduh itu pun sudah diskors dari kampus mereka dan kesulitan untuk mendapat pengacara.
"Kami tidak akan memberi bantuan hukum kepada para mahasiswa itu karena mereka merayakan kemenangan Pakistan saat tinggal di India," kata Nitin Verma, Ketua Asosiasi Pengacara Muda di Agra.
"Ini bertentangan dengan bangsa kita dan tidak nasionalis. Tugas kami untuk menentang mereka sehingga tindakan seperti itu tidak akan terulang lagi di masa depan."
Ini bukan kali pertama pertandingan kriket mengundang respons yang kuat.
Pada 2014, 60 mahasiswa asal Kashmir di Uttar Pradesh dituduh melakukan penghasutan karena membela tim Pakistan atas India. Tuduhan itu belakangan dicabut setelah ada rekomendasi hukum dari kementerian hukum.
Kriket selalu mendapat tempat yang besar bagi para warga India, namun survei dari Pew Research Center menemukan bahwa kini hanya sedikit mayoritas dari warga dewasa negara itu (56 persen) yang merasa penting untuk mendukung tim kriket nasional agar dipandang sebagai warga India yang sejati.
"Sejak kapan ada hukum yang menyatakan bahwa mendukung tim kriket lawan adalah kejahatan?" tanya Sharda Ugra, seorang jurnalis kriket dan pengamat sosial.
"Apakah orang asal India di Inggris dan Australia harus ditahan karena mendukung India? Ini jelas merupakan perpecahan agama yang disengaja yang diprovokasi kedua pihak."
Ada juga contoh lain yang mencerminkan situasi serupa.
Pada 2016, seorang warga Pakistan diketahui sebagai penggemar kapten kriket tim India, Virat Kohli. Dia ditahan setelah menaikkan bendera India sebagai penghormatan atas idolanya.
Bicara soal kriket, fanatisme memuncak di India dan Pakistan.
Namun, penahanan yang terjadi belakangan ini di India mengejutkan banyak pihak, yang merasa bahwa kebebasan berekspresi telah menurun pesat.
Laporan tambahan oleh Kunal Sehgal.
Baca juga: 7 Kontroversi John McAfee: Guru Kripto Gadungan hingga Dugaan Bunuh Tetangga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.