Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Delegasi AS Akan Bertemu Taliban Pertama Kali sejak Penarikan Pasukan, Ini yang Dibahas

Kompas.com - 09/10/2021, 07:44 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Delegasi Amerika Serikat (AS) akan bertemu dengan perwakilan senior Taliban dalam pertemuan tatap muka pertama pejabat senior keduanya, sejak Washington menarik pasukannya dari Afghanistan dan kelompok militan itu mengambil alih kekuasaan.

Pertemuan itu akan dilakukan di Doha pada Sabtu (9/10/2021) dan Minggu (10/10/2021), menurut dua pejabat pemerintahan melansir Reuters pada Sabtu (9/10/2021).

Baca juga: Anggota ISIS-K Pelaku Bom Bunuh Diri Bandara Kabul Ternyata Dibebaskan Taliban

Delegasi tingkat tinggi AS akan mencakup pejabat dari Departemen Luar Negeri, USAID, dan komunitas intelijen AS.

Para pejabat AS mengatakan, mereka akan menekan Taliban untuk memastikan perjalanan yang aman bagi warga AS dan lainnya keluar dari Afghanistan. Ada juga pembahasan untuk membebaskan warga AS yang diculik Mark Frerichs.

Prioritas utama lainnya adalah menahan Taliban pada komitmennya bahwa mereka tidak akan membiarkan Afghanistan kembali menjadi sarang Al-Qaeda atau ekstremis lainnya.

Kelompok itu juga akan ditekan untuk meningkatkan akses bantuan kemanusiaan Afghanistan karena negara itu menghadapi prospek "yang benar-benar parah", dan mungkin bakal sulit mencegah" kontraksi ekonomi.

Tim AS akan mencakup Deputi Perwakilan Khusus Departemen Luar Negeri Tom West serta pejabat tinggi kemanusiaan USAID Sarah Charles. Di pihak Taliban, pejabat kabinet akan hadir, kata para pejabat.

Baca juga: Dituduh Seperti “Karakter James Bond”, Mantan Tentara Inggris Ditahan dan Dipukuli Taliban

Keterlibatan pragmatis

“Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari keterlibatan pragmatis dengan Taliban yang telah kami lakukan mengenai masalah kepentingan nasional yang vital,” kata seorang pejabat senior pemerintah, yang berbicara dengan syarat anonim.

"Pertemuan ini bukan tentang memberikan pengakuan atau memberikan legitimasi. Kami tetap jelas bahwa legitimasi apa pun harus diperoleh melalui tindakan Taliban sendiri. Mereka perlu membangun rekam jejak yang berkelanjutan," kata pejabat itu.

Pendudukan AS selama dua dekade di Afghanistan memuncak dalam pengangkutan udara yang terorganisasi dengan tergesa-gesa pada Agustus.

Sebanyak lebih dari 124.000 warga sipil termasuk orang Amerika, Afghanistan, dan lainnya dievakuasi, ketika Taliban mengambil alih. Tetapi, ribuan warga Afghanistan sekutu AS lainnya yang berisiko mengalami penganiayaan Taliban tertinggal.

Washington dan negara-negara Barat lainnya bergulat dengan pilihan sulit karena krisis kemanusiaan yang parah membayangi Afghanistan.

Mereka mencoba merumuskan bagaimana terlibat dengan Taliban, tanpa memberikan legitimasi yang dicarinya, sambil memastikan bantuan kemanusiaan Afghanistan mengalir.

Baca juga: Dampak Taliban Kuasai Afghanistan: Cara Indonesia Cegah Teroris Kambuhan

Banyak orang Afghanistan mulai menjual harta benda mereka untuk membayar makanan yang semakin langka.

Kepergian pasukan pimpinan AS dan banyak donor internasional membuat Afghanistan kehilangan hibah yang membiayai 75 persen dari pengeluaran publiknya, menurut Bank Dunia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com