Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kafe Ini Tetap Buka Saat Banjir, Malah Ramai Diserbu Pengunjung

Kompas.com - 08/10/2021, 15:21 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

NONTHABURI, KOMPAS.com - Sebuah kafe di kota Nonthaburi, Thailand, tetap buka saat banjir melanda dan justru semakin ramai didatangi pengunjung.

Para pengunjung tampak santai duduk di bangku kayu, meski air berwarna coklat keruh mengelilingi mereka, bahkan merendam kakinya.

Banjir ini terjadi akibat badai tropis Dianmu dan hujan muson yang lebat, membuat luapan air merendam 33 provinsi di Thailand, dan menggenangi lebih dari 300.000 rumah tangga serta merenggut sembilan nyawa.

Baca juga: Kafe Singapura Dihujat Netizen karena Bikin Nasi Padang Versi Tidak Jahat

Namun, banjir Thailand justru menjadi keuntungan bagi Chaopraya Antique Cafe di Nonthaburi, wilayah dari Bangkok di hulu.

Pada sore dan malam hari, Chaopraya Antique Cafe penuh dengan pengunjung yang mengunyah miang kham, makanan pembuka berbungkus daun berapi.

Mereka tetap bersenda gurau ketika perahu dan tongkang beras berlayar melewati Sungai Chao Phraya, membuat air banjir mengarah ke arah mereka.

Ketika banjir melanda, pemilik kafe yaitu Titiporn Jutimanon bermaksud menutupnya, tetapi menyadari bahwa pelanggan sebenarnya tidak keberatan dikelilingi oleh air.

"Konsepnya menyebar dari mulut ke mulut pelanggan," katanya kepada AFP, seraya menambahkan rekaman restoran unik itu dengan cepat menjadi viral di media sosial.

Restoran-restoran di Bangkok dan destinasi berlibur bolak-balik keluar-masuk dari pembatasan tahun ini, ketika gelombang ketiga Covid-19 di Thailand terjadi.

Otoritas Thailand mengizinkan aturan makan di rumah dilanjutkan pada September sebagai bagian dari pelonggaran pembatasan, karena kasus baru turun menjadi sekitar 10.000 per hari, dari puncaknya 23.000 pada Agustus.

Diperkirakan 50.000 restoran tutup permanen, menurut Asosiasi Restoran Thailand, dan Titiporn bersyukur dia masih bisa membuka usahanya.

Baca juga: Restoran Singapura Tuai Kontroversi gara-gara Nasi Ambeng, Ada Apa?

"Kalau saya harus menutup restoran lagi, itu pasti tidak akan bertahan," ujarnya.

Mengoperasikan restoran yang kebanjiran membutuhkan banyak kerja keras, kata Titiporn.

"Anda harus berjalan melalui air banjir sambil memegang makanan pelanggan," katanya, menambahkan bahwa staf juga harus mengepel lumpur setelah tutup.

Pengalaman ini terbukti menjadi populer di kalangan anak muda dan keluarga Thailand.

"Ekonomi sangat buruk akhir-akhir ini... Saya pikir itu ide yang sangat bagus. Pemiliknya mengubah krisis menjadi peluang," kata pelanggan bernama Neung (49).

Otoritas kesehatan di banyak negara menyarankan orang untuk tidak mengekspos diri mereka atau berenang di air banjir.

Kotoran dari limbah yang meluap, bahan kimia dan limbah industri, dapat menyebabkan penyakit serta infeksi kulit dapat terjadi dari kontak dengan luka terbuka.

Baca juga: Masih 12 Tahun, Bocah Ini Sudah Jadi Juragan Nasi Lemak dan Bisa Masak Sendiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu Agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu Agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Global
Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Global
Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Global
Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Global
China Mulai Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Uji Kemampuan Rebut Kekuasaan

China Mulai Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Uji Kemampuan Rebut Kekuasaan

Global
Motif Penembakan PM Slovakia Akhirnya Terungkap

Motif Penembakan PM Slovakia Akhirnya Terungkap

Global
Implikasi Geopolitik Timur Tengah Pasca-Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Implikasi Geopolitik Timur Tengah Pasca-Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Global
Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Global
Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Global
Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com