Snapchat sekarang menjalankan kampanye yang ditargetkan untuk mendidik pengguna soal fentanil.
Namun, Amy ingin Snapchat dan jejaring sosial lainnya menginvestasikan uang untuk beriklan atau berkampanye di platform lainnya, seperti papan reklame dan iklan TV.
Dia ingin komite transparansi eksternal untuk mengevaluasi upaya Snapchat, bersama dengan orang tua yang kehilangan anak karena pengedar narkoba di Snapchat.
Amy masih akan terus mendorong Snapchat untuk berbuat lebih banyak lagi demi melarang penjualan narkoba di aplikasinya, yang telah membuat remaja tewas overdosis.
"Suatu malam saya sedang duduk depan komputer, ada sebuah artikel berita muncul tentang (CEO Snapchat) Evan Spiegel yang baru saja membeli rumah senilai 100 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun) dan menyebut Snapchat memiliki tahun terbaiknya," katanya.
"Saya ke sebelah komputer saya, ada foto anak saya dan saya langsung sedih," jelas Amy.
"Saya menangis tak karuan. Yang bisa saya pikirkan adalah Snapchat memiliki tahun terbaik mereka, membeli rumah senilai 100 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun), tetapi kematian akibat narkoba mencetak rekor tertinggi, kejahatan online juga ada di rekor tertinggi," ungkapnya.
"Bagaimana ini bisa terjadi saat anak-anak kita meninggal?"
Baca juga: Bayi Tewas Tenggelam di Bathtub akibat Ibunya Teler Narkoba
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.