Meski ikut program 'kuliah lebih awal,' David akan belajar bersama mahasiswa kuliah lainnya yang usianya rata-rata 18 hingga 24 tahun.
Pihak UW Academy dan Robinson Center for Young Scholars katakan berikan dukungan dan bimbingan baik dari segi akademik dan emosi.
"Kami tidak mendorong para pelajar untuk (selesai kuliah) secepat mungkin," kata Janice DeCosmo, Interim Director untuk Robinson Center.
"Kami menawarkan kesempatan bagi mereka yang memang memerlukan (program akselerasi) dalam perjalanan akademik mereka."
Baca juga: Cerita WNI di Finlandia: Penganggur Dapat Rp 13 Juta Sebulan, Tidak Ada Copet
Salah satu hal yang paling David tunggu-tunggu dari kuliah adalah kesempatan ikut riset di University of Washington.
"Impian saya menjadi neuroscientist (ahli saraf)," ujar David. "Both bantu pasien dan ikut riset seputar otak, dan cari tahu apa yang belum kita ketahui tentang otak sejauh ini."
David juga katakan panutannya adalah kedua orang tuanya.
"Saya pikir hebat banget mereka datang dari Indonesia dengan enggak punya apa-apa, dan mereka bisa membangun kehidupan baru di sini, buat saya sama adik saya."
Meski menunggu-nunggu kuliah, David juga mengaku 'gelisah bisa burn out (terlalu capek)'.
Li Li berpesan kepada David untuk menikmati masa kuliahnya dan untuk selalu jaga kesehatan. Ia juga punya pesan untuk orang tua lainnya.
"Kalau kelihatan anaknya memang ada talent, enggak perlu didorong. Anaknya cuman diberi pengertian," kata Li Li. "Biarkan anaknya itu jalan sendiri, biar dia happy juga, enjoy the childhood."
Baca juga: Kisah Andra, WNI Bertato dan Bertindik yang Jadi Guru TK di Jerman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.