Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2021, 15:36 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KABUL, KOMPAS.com - Di perbatasan Afghanistan dengan Uzbekistan, sebuah kereta barang melewati jembatan, dan masuk ke dalam wilayah yang disebut "Negeri Islam".

Bendera Taliban berlatar putih dengan kalimat syahadat berkibar berdampingan dengan bendera Uzbek.

Sejumlah pedagang menyambut kelompok Taliban yang secara de facto kini menguasai Afghanistan.

Baca juga: Taliban Usir Ribuan Warga dari Rumahnya Tanpa Alasan, Hanya Beri Waktu Tiga Hari untuk Pergi

Sopir truk yang membawa gandum berkata kepada jurnalis BBC, dulu ia dipaksa untuk membayar suap kepada pejabat kepolisian yang korup, setiap kali melewati pos pemeriksaan.

"Sekarang, tidak seperti itu. Saya bisa berkendara sampai ke Kabul, dan tak dipungut biaya sepeser pun," katanya.

Satu bulan telah berlalu sejak Taliban menduduki Kabul dan mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Namun, ketersediaan uang tunai saat ini mulai langka dan Afghanistan dilanda krisis ekonomi.

Sumber BBC di komunitas bisnis mengatakan, tingkat perdagangan menurun drastis karena importir di Afghanistan tak mampu untuk membayar barang-barang baru.

Kepala bea cukai Taliban di Pelabuhan Hairatan, Maulvi Saeed mengatakan kepada BBC bahwa saat ini tarif bea masuk sudah dipotong sebagai upaya mempromosikan perdagangan sekaligus mendorong pedagang besar untuk kembali ke negara itu.

Baca juga: Diplomat Afghanistan Serukan Dunia Jangan Akui Pemerintah Bentukan Taliban

"Ini akan menciptakan lapangan pekerjaan, dan pengusaha akan mendapatkan pahala di akhirat," katanya.

Sekira satu jam perjalanan berkendara, tim BBC tiba di Mazar-i-Sharif, kota keempat terbesar di negara ini. Sekilas kehidupan orang-orang terlihat berjalan normal, meskipun banyak yang menderita secara keuangan.

BBC menuju ke Masjid Biru, yang bangunannya tersusun dari ubin-ubin yang sangat rinci, jantung budaya di kota ini.

BBC sempat berada di sini pada Agustus lalu, beberapa saat sebelum Taliban berkuasa. Saat itu, pelatarannya dipenuhi anak-anak muda, laki-laki, dan perempuan yang berpose untuk swafoto.

Tapi sekarang Taliban membuat aturan baru untuk memisahkan waktu kunjungan berdasarkan jenis kelamin: perempuan bisa datang di pagi hari dan laki-lakinya setelah itu.

Baca juga: Petinggi Taliban Abdul Ghani Baradar Masuk 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia

Masjid Biru di Mazar-i-Sharif, Afghanistan.BBC INDONESIA Masjid Biru di Mazar-i-Sharif, Afghanistan.

Saat BBC berkunjung, terdapat banyak perempuan berjalan-jalan, tapi jumlahnya jauh lebih sedikit dari kunjungan kami sebelumnya.

"Semua baik-baik saja, tapi mungkin orang-orang masih butuh waktu untuk membiasakan diri dengan pemerintahan yang baru," kata seorang perempuan kepada BBC dengan nada kurang percaya diri.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com