Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Xi Jinping Janjikan Redistribusi Kekayaan China, Tekan Orang Kaya demi Kurangi Kesenjangan

Kompas.com - 19/08/2021, 08:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

HONG KONG, KOMPAS.com - Presiden China Xi Jinping mengeluarkan janji baru yang berani, untuk mendistribusikan kembali kekayaan di negara dengan menambah lebih banyak tekanan pada warga negara dan bisnis terkayanya.

Xi mengatakan kepada para pemimpin tinggi dari Partai Komunis China yang berkuasa, bahwa pemerintah harus membangun sistem untuk mendistribusikan kembali kekayaan demi kepentingan "keadilan sosial," menurut ringkasan pidato yang diterbitkan oleh Xinhua, kantor berita resmi negara pada Selasa (18/8/2021).

Baca juga: Kekhawatiran Rusia hingga China Setelah Kembalinya Taliban di Afghanistan

Menurutnya, China "perlu mengatur pendapatan yang terlalu tinggi secara wajar, dan mendorong orang dan perusahaan berpenghasilan tinggi mengembalikan lebih banyak ke masyarakat."

Artikel Xinhua tidak memasukkan banyak rincian tentang bagaimana Xi berharap untuk mencapai tujuan ini, tetapi mengindikasikan bahwa Beijing dapat mempertimbangkan perpajakan atau cara lain untuk mendistribusikan kembali pendapatan dan kekayaan.

Xi bahkan menyebut perlunya "kemakmuran bersama" di antara orang-orang China sebagai hal penting bagi Partai untuk mempertahankan kekuasaan, dan mengubah negara itu menjadi negara yang "berkembang penuh, kaya dan kuat" pada 2049, peringatan 100 tahun keberadaan Republik Rakyat China (RRC).

"Kemakmuran bersama adalah kemakmuran semua orang. Bukan kemakmuran segelintir orang," kata Xi selama pertemuan pemimpin ekonomi, yang diselenggarakan setiap beberapa bulan untuk menentukan kebijakan melansir CNN pada Rabu (18/8/2021).

Baca juga: Gara-gara Twit Senator AS Ini, China Ancam Perangi Taiwan

Cita-cita kemakmuran bersama

Frasa itu membawa banyak makna sejarah di China, dan penggunaan Xi dalam konteks redistribusi kekayaan mengingatkan kembali penggunaannya pada masa Mao Zedong.

Kebijakan itu juga dilakukan China di pertengahan akhir abad sebelumnya, ketika mantan pemimpin Komunis saat itu menganjurkan reformasi ekonomi yang dramatis, untuk mengambil alih kekuasaan dari tuan tanah dan petani kaya, elite pedesaan.

Mao memerintah “Negeri Tirai Bambu” melalui transformasi dan pergolakan ekonomi dan sosial yang besar. Kematiannya pada 1976 menandai berakhirnya Revolusi Kebudayaan.

Setelah itu, China memulai dekade liberalisasi ekonomi di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping.

Deng mengadopsi penggunaan frasa "kemakmuran bersama", ketika negara itu menyusupkan pasar bebas dalam ekonomi sosialis China, dan membuka negara komunis terbesar di dunia itu ke Barat.

Kepada delegasi kunjungan eksekutif perusahaan AS pada 1985, Mantan pemimpin China itu terkenal karena mengatakan "beberapa daerah dan beberapa orang bisa menjadi kaya terlebih dahulu, dan kemudian memimpin dan membantu daerah dan orang lain (menjadi kaya), dan secara bertahap (kita) mencapai kemakmuran bersama."

Selama bertahun-tahun, China bertransisi dari negara miskin menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia dan salah satu kekuatan terbesarnya dalam bisnis dan teknologi.

Pertumbuhannya yang cepat dapat membantunya menyalip Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar dunia dalam satu dekade.

Baca juga: Gara-gara Twit Senator AS Ini, China Ancam Perangi Taiwan

Meningkatnya kensenjangan China

Pada 2019 sektor swasta negara itu dan jumlah kekayaannya meledak, jumlah orang kaya China melampaui jumlah orang kaya Amerika untuk pertama kalinya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com