Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintahan Biden Akui Salah Perhitungan Tarik Pasukan AS dari Afghanistan

Kompas.com - 16/08/2021, 12:23 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintahanan Joe Biden mengakui bahwa mereka salah perhitungan menarik pasukan AS dari Afghanistan ketika Taliban berada pada posisi kekuatan penuh.

Taliban yang berhasil menjatuhkan pasukan keamanan Afghanistan dan merebut wilayah dengan cepat mengejutkan Biden dan para pejabat tinggi pemerintahannya.

Biden telah mendeklarasikan untuk mempercepat penarikan 2.500 pasukan AS yang tersisa di Afghanistan hingga akhir 31 Agustus. Pihaknya berdalih bahwa pasukan pemerintah Afghanistan mampu meningkatkan kekuatan untuk melawan Taliban.

Baca juga: Kabul Jatuh ke Tangan Taliban, Maskapai Penerbangan Hindari Afghanistan

"Faktanya adalah kita telah melihat bahwa pasukan itu tidak mampu membela negara," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada CNN beberapa bulan setelah deklarasi itu.

"Dan itu terjadi lebih cepat dari yang kita perkirakan," imbuhnya tentang kecepatan Taliban menaklukkan Afghanistan.

"Kami telah mengetahui selama ini, kami telah mengatakan selama ini termasuk Presiden, bahwa Taliban berada pada posisi kekuatan terbesarnya sejak 2001 ketika ia terakhir memimpin negara (Afghanistan). Jadi kami melihat mereka sangat mampu melakukan serangan dan mulai merebut kembali negara itu," terangnya.

Baca juga: Pemerintahan Baru di Afghanistan Berisi Warga Non-Taliban

Namun, kejatuhan dan keruntuhan militer Afghanistan jauh lebih cepat dari pada yang diperkirakan Biden atau timnya.

Menurut seorang pejabat tinggi pemerintah AS, Biden akan mengadakan pertemuan dalam beberapa hari lagi untuk membahas krisis Afghanistan.

Sementara itu, dalam pertemuan anggota parlemen AS pada Minggu (15/8/2021), pejabat tinggi pemerintah telah menghadapi pertanyaan keras atas rencana penarikan pasukan AS, termasuk evakuasi para penerjemah Afghanistan dan orang lainnya yang telah membantu upaya AS memerangi Taliban di sana.

Pemimpin Minoritas DPR AS Kevin McCarthy mendesak para pejabat termasuk Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley untuk menjelaskan mengapa proses penarikan pasukan AS dari Afghanistan lebih cepat.

Baca juga: Penguasaan Taliban di Afghanistan di Depan Mata, Begini Reaksi Pemimpin Dunia

"Kita tidak memberi mereka perlindungan udara. Anda mengatakan Anda memiliki rencana itu. Tidak ada yang akan merencanakan hasil ini," kata McCarthy, seperti yang dilansir dari CNN pada Minggu (15/8/2021).

"Konsekuensi ini untuk Amerika akan berlangsung selama beberapa dekade dan tidak hanya di Afghanistan," tekannya.

Jatuhnya Afghanistan di tangan Taliban mengingatkan tentang Saigon, Vietnam yang direbut milisi komunis pada 1975.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada CNN pada Minggu (15/8/2021) bahwa Biden berada di Camp David dan "telah berbicara dengan anggota tim keamanan nasionalnya tentang situasi di Afghanistan dan akan terus menerima pembaruan serta pengarahan sepanjang hari."

Baca juga: Presiden Afghanistan Klaim Pergi untuk Hindari Pertumpahan Darah, Warga Nilai Dia Tak Patriotik

Ia belum berbicara secara terbuka tentang situasi di Afghanistan sejak Selasa (10/8/2021). Dia juga tidak memiliki acara publik yang dijadwalkan pada Minggu (15/8/2021).

Sementara, para pejabat AS telah menyatakan kekecewaannya atas ketidakmampuan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk melindungi kota-kota dan wilayah-wilayah utama dari Taliban, meskipun telah menyusun strategi selama komunikasinya dengan Biden dan para pemimpin senior AS lainnya.

Ghani meninggalkan Afghanistan pada Minggu (15/8/2021) ke Tajikistan, dua sumber mengatakan kepada CNN.

Ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan Abdullah Abdullah menyebut Ghani dalam sebuah pernyataan video sebagai "mantan presiden".

Baca juga: Kronologi Runtuhnya Pemerintah Afghanistan: Hengkangnya Pasukan AS hingga Jatuhnya Kabul ke Taliban

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com