Pakai Influencer untuk Dorong Vaksinasi Covid-19, Gedung Putih Dikritik Trump Jr

uWASHINGTON DC, KOMPAS.com - Donald Trump Jr. mengkritik Gedung Putih dalam serangkaian tweet baru-baru ini.

Dilansir The Hill, dia menuduh pemerintahan Joe Biden mendorong vaksinasi Covid-19 kepada orang-orang melalui penggunaan influencer media sosial.

"Selanjutnya mereka akan 'menyirammu' sampai kamu divaksinasi, meskipun tidak ada cara yang lebih buruk daripada menonton ini," tulis Trump Jr.

Dia lantas menulis tentang video komedian Benito Skinner yang diposting ke TikTok dan dibagikan ke Twitter.

Baca juga: Trump Jr Dorong Ayahnya untuk Perang Total Lawan Penipuan Pilpres AS

Dalam tweet lain, Trump Jr. dengan sinis menambahkan komentar lain.

"Sepertinya (pemakaian influencer) adalah cara yang sangat efektif untuk menjangkau kelompok-kelompok yang enggan seperti minoritas, pemilih Trump, dan konservatif pada umumnya. Kerja bagus teman-teman," ujar Trump Jr. dengan nada sinis.

Di TikTok, Skinner, yang menggunakan nama pengguna @bennydrama7 di aplikasi, berpura-pura menjadi pegawai magang Gedung Putih fiktif bernama Cooper.

Video tersebut menunjukkan Skinner berinteraksi dengan sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki dan mendiskusikan kemajuan vaksin pemerintah.

"Kami telah menempuh perjalanan panjang dalam perjuangan kami melawan virus ini. Kami telah memvaksinasi 160 juta orang Amerika," kata Psaki kepadanya.

Baca juga: Trump Jr Tidak Cerita Ayahnya soal Pertemuan dengan Pengacara Rusia

"Apakah kamu menyelesaikan ini semua?" dia bertanya padanya sambil menatap teleponnya.

"Jangan khawatir, ratu. Semuanya ada di sini," jawabnya sambil menunjuk ke kepalanya.

Kemudian dalam video tersebut, Skinner ditampilkan di telepon dan berkata, "Kita perlu memvaksinasi tangan setiap orang Amerika."

Pada satu titik, dia bertanya, "Apakah Olivia Rodrigo masih di sini?" mengacu pada kunjungan bintang pop ke Gedung Putih bulan lalu.

Baca juga: Donald Trump Jr. Positif Terinfeksi Covid-19

Rodrigo adalah nama besar pertama yang berkolaborasi dengan pemerintah AS dalam kampanye vaksinasi kaum muda.

Hal ini dimulai setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menemukan bahwa cakupan vaksinasi Covid-19 masih tertinggal.

Ini khususnya untuk warga AS yang lebih muda.