Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Warga Afghanistan Telantar di Kamp Semak Belukar Pinggiran Kabul Saat Agresi Taliban Makin Ganas

Kompas.com - 12/08/2021, 06:32 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

The Washington Post bahkan mengabarkan bahwa ada pejabat AS yang tidak disebutkan namanya memperkirakan ibu kota negara, Kabul, dapat jatuh juga ke tangan Taliban dalam 90 hari ke depan, berdasarkan penilaian militer AS.

Baca juga: Ketika AS Makin Menjauh dari Afghanistan di Saat Taliban Mengancam

Kerusuhan ini telah menyebabkan peningkatan orang yang meninggalkan rumah mereka untuk melarikan diri ke ibu kota negara.

Pada Juli, PBB memperingatkan bahwa sekitar 270.000 lebih banyak orang telantar di Afghanistan setelah pasukan asing mulai angkat kaki. Jumlah itu diperkirakan telah melonjak hanya dalam beberapa hari terakhir.

Di tengah semua konflik di Afghanistan, lebih dari 1.000 warga sipil telah tewas, menurut laporan PBB.

LSM mengatakan bahwa pengungsian massal dari berbagai wilayah ke Kabul ini akan sangat memukul wanita dan anak-anak.

"Kami melihat banyak peningkatan pelaporan seputar kebutuhan perlindungan kesehatan, kekerasan berbasis gender, eksploitasi seksual dan pelecehan, serta perdagangan manusia," ujar Jared Rowell, Direktur Dewan Pengungsi Denmark (DRC) di Afghanistan kepada BBC.

"Pernikahan dini juga akan menjadi masalah yang lebih besar karena anak perempuan dan wanita muda dijual untuk mendapatkan uang tunai untuk menghidupi keluarga mereka. Masalah seperti itu, yang selalu menjadi masalah, dan akan menjadi semakin parah," terang Rowell.

Baca juga: Biden Tidak Menyesal Tarik Pasukan AS dari Afghanistan meski Taliban Merajalela

Selain makanan, tempat tinggal dan barang-barang kesehatan dan sanitasi, Rowell mengatakan, para pengungsi di Kabul sangat membutuhkan uang tunai.

"Sangat penting orang memiliki akses ke uang tunai multiguna," katanya.

"Artinya lembaga seperti DRC akan memberi mereka distribusi uang tunai, yang terserah mereka untuk apa mereka membelanjakan uang itu, untuk mendukung kebutuhan mereka dengan sebaik-baiknya," ujar

"Uang tunai juga sangat penting pada saat ini, terutama ketika mereka pindah ke kota besar seperti Kabul dengan harga pangan yang tinggi dan pasar dengan harga yang berfluktuasi karena ketidakstabilan saat ini."

Bagi Asadullah, harapan utamanya sekarang adalah keluarganya suatu hari nanti dapat kembali ke kehidupan normal mereka di Kunduz.

"Kami ingin kembali dan melanjutkan hidup kami di sana," katanya.

"Kami berharap suatu hari perdamaian akan datang ke Afghanistan, dan negara kami akan bebas," harapnya.

Baca juga: Makin Berkuasa, Taliban Rebut 8 Ibu Kota Provinsi Afghanistan dalam 5 Hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com