Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Diterjang Seruan Boikot dan Peningkatan Covid-19, Siapkah Olimpiade Musim Dingin Beijing

Kompas.com - 09/08/2021, 09:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Fokus segera beralih ke Beijing ketika tirai Olimpiade Tokyo tertutup, namun hanya enam bulan tersisa sebelum Olimpiade Musim Dingin Beijing meningkatnya wabah virus corona di China dan seruan boikot terus bermunculan.

Olimpiade Beijing 2022 dijadwalkan berlangsung dari 4 hingga 20 Februari 2022. Ibu kota China akan menjadi kota pertama yang menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin dan Musim Panas.

Baca juga: Kisah Riley Day, Atlet Olimpiade yang Kerja di Supermarket karena Tak Punya Sponsor

Tempat-tempat baru telah dibangun dan beberapa dari Beijing 2008, termasuk Stadion Nasional "Sarang Burung", sedang dirapikan sebagai upaya China untuk menunjukkan kepada dunia wajah terbaiknya.

Olimpiade 2022 akan tersebar di tiga zona utama, Beijing, Yanqing dan Zhangjiakou, yang berjarak sekitar 180 kilometer (110 mil) barat laut ibu kota. Kereta berkecepatan tinggi akan menghubungkan tiga zona tersebut.

Semua tempat kompetisi telah diselesaikan beberapa bulan yang lalu. Pemerintah China tampaknya juga ingin menegaskan persiapan berhasil dilakukan meski ada pandemi Covid-19.

Tetapi ketika Beijing 2022 mulai terlihat, China sekarang menghadapi wabah virus terbesar dalam beberapa bulan. Meskipun jumlah infeksi masih rendah dibandingkan dengan banyak negara lain.

Sorotan lain untuk Olimpiade Beijing dan Partai Komunis China yang berkuasa terus dilemparkan para aktivis, diaspora Uyghur, dan beberapa politisi Barat.

Mereka menyerukan aksi boikot mengingat catatan hak asasi manusia (HAM) negara itu, terutama soal nasib minoritas Muslim.

Baca juga: Atlet Cilik Peraih Medali Emas Olimpiade Ini Belum Pernah ke Taman Hiburan karena Tidak Punya Uang

Soal pengendalian Covid-19

China, tempat Covid-19 muncul menjelang akhir 2019, sudah memiliki beberapa tindakan penahanan paling ketat di dunia dan pengendalian lebih jauh diterapkan di ibu kota.

Orang-orang yang terbang ke China dari luar negeri harus dikarantina antara dua dan tiga minggu di sebuah hotel. Tidak jelas apakah ribuan atlet, ofisial tim, media, dan lainnya yang datang ke Olimpiade harus melakukan hal yang sama.

Bo Li, asisten profesor manajemen olahraga di Universitas Miami di Ohio, mengatakan penyelenggara Beijing 2022 harus meneladani penanganan ancaman virus di Olimpiade Tokyo 2020.

Sebelumnya ada kekhawatiran akan ada infeksi massal di antara peserta di Jepang. Namun meski temuan kasus Covid-19 tetap terdeteksi, ketakutan terburuk tidak terjadi.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan penyelenggara lokal bersikeras menguji semua orang yang terlibat sebelum dan secara teratur selama Olimpiade. Atlet juga dijauhkan dari publik.

Baca juga: Atlet Belarus Lainnya Nyatakan Tak Akan Kembali Ke Negaranya Usai Insiden Olimpiade Tokyo 2020

Di Tokyo 2020, penonton dilarang dari sebagian besar acara. Namun hingga kini belum jelas apakah Beijing 2022 akan mengikutinya.

"Secara keseluruhan strategi yang telah digunakan oleh Tokyo cukup berhasil dan saya pikir Beijing akan menduplikasi sesuatu yang sangat mirip," kata Bo Li, menambahkan bahwa dia juga "ingin tahu" apa yang akan dilakukan China dengan prosedur karantina yang ketat saat ini.

Menurutnya, tidak realistis untuk mengharapkan para atlet tiba di Beijing (setidaknya) dua minggu sebelumnya dan dikarantina. Aturan itu dinilai akan memengaruhi persiapan para atlet, dan itu tidak dapat diterima oleh sebagian besar dari mereka.

"Dari sudut pandang keuangan (karantina), siapa yang akan membayar tagihan? Panitia penyelenggara? IOC?" ujarnya melansir AFP pada Minggu (8/8/2021).

Baca juga: Quinn, Atlet Transgender Pertama yang Meraih Medali Olimpiade

Masalah lainnya

Amerika Serikat mengatakan Beijing melakukan genosida terhadap Uyghur di wilayah Xinjiang dan para ahli memperkirakan lebih dari satu juta orang telah dipenjara di kamp-kamp penahanan.

Beijing membantah genosida dan menggambarkan kamp-kamp itu sebagai pusat pelatihan kejuruan.

Yaqiu Wang, seorang peneliti China yang berbasis di New York untuk Human Rights Watch, menolak menyerukan boikot penuh.

Menurutnya, para atlet telah mempersiapkan seluruh hidup mereka untuk memiliki momen ini, jadi mengambil memboikot Olimpiade adalah tindakan yang salah.

"Atlet masih bisa pergi, tetapi sponsor, pejabat internasional, selebriti, kami pikir mereka tidak boleh pergi untuk memberikan legitimasi kepada pemerintah China, yang menjadi tuan rumah Olimpiade."

Baca juga: Kontroversi Anggaran Olimpiade Tokyo: Terlalu Mahal, Lebih Baik untuk Kebaikan Global

Mark Dreyer, seorang analis olahraga China, mengatakan bahwa banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang Olimpiade Musim Dingin, bahkan dengan waktu penyelenggaraan kurang dari 200 hari.

"Rencana tiket belum dirilis. Dan apakah kita tahu tentang penonton? Sepertinya tidak akan ada penonton internasional yang diizinkan, tapi bagaimana dengan penonton domestik?" tanya Dreyer yang berbasis di Beijing, yang menjalankan situs web China Sports Insider.

Semua hal semacam ini, kata dia biasanya perlu waktu bertahun-tahun untuk merencanakan. Ada juga acara uji coba yang seharusnya terjadi antara periode sekarang hingga Olimpiade digelar.

"Apakah itu akan terjadi? Akankah mereka memberi kami informasi tambahan tentang bagaimana China berencana menjalankan hal yang sebenarnya?"

Baca juga: AS Juara Umum Olimpiade Tokyo, Joe Biden Ungkap Kebanggaan dan Singgung Soal Kesehatan Mental

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com