Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olimpiade Kuno Yunani 2.400 Tahun Lalu: Bertanding Telanjang, Disaksikan Wanita Lajang

Kompas.com - 23/07/2021, 18:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Bagaimana cara bertahan di tengah cuaca super panas?

Olimpiade berlangsung di tengah musim panas dan risiko kepanasan sangat tinggi. Itulah sebabnya, orang yang datang perlu banyak minum, walaupun Sungai Cladeo tengah menyusut dan air minum cukup sulit didapat.

Penyelenggara saat itu sempat mempertimbangkan untuk membuat saluran air dan air mancur untuk persediaan air minum di Olympia.

Selain kesulitan air minum, dengan air sungai yang menyusut, mereka yang datang juga sulit untuk mandi selama Olimpiade.

Dengan kondisi ini, dan begitu padatnya orang yang datang, bau tak sedap menyebar di Olympia.

Tempat berteduh juga sulit dicari dan pohon-pohon zaitun banyak dipenuhi orang-orang yang berteduh.

Dengan suhu udara yang begitu panas, dan kurangnya air minum, berdiri menyaksikan pertandingan selama 16 jam sehari juga sangat melelahkan.

Baca juga: Direktur Upacara Pembukaan Olimpiade Tokyo Dipecat karena Bercanda tentang Holocaust

Di stadion, hanya sangat sedikit kursi dan sebagian besar diperuntukkan tamu kehormatan dan politisi.

Area berkemah di luar stadion juga penuh dengan orang-orang yang menawarkan jasa lain selain penjual makanan, termasuk para peramal.

Namun sejumlah hal positif yang dapat dinikmati di Olympia adalah pertunjukan makan api, kontes kecantikan, orang yang bermain sulap dan juga tawaran pijat.

Ada juga hiburan lain seperti para penyair, politisi yang berpidato, para filsuf dengan ajaran-ajarannya dan sejarawan yang juga sibuk menyebar pengetahuannya.

Herodotus, penulis "The Stories" dan kemungkinan salah satu sejarawan paling terkenal saat itu, sering memberikan kuliahnya di bangku salah satu kuil terkenal Olympia.

Baca juga: Benarkah Olimpiade Tokyo Digelar karena Tekanan IOC? Ini Jawaban PM Jepang

Ada atlet yang curang? Hukumannya cambuk

Walaupun saat itu tidak ada alat teknologi canggih untuk melacak atlet yang melanggar aturan ataupun curang, para wasit sangat ketat dan cukup keras dalam menjatuhkan hukuman.

Hukuman fisik cukup sering dijatuhkan walaupun hanya untuk pelanggaran minor seperti terlalu cepat mengambil start. Bentuk hukumannya adalah hukuman cambuk, padahal atlet harus bertanding dalam kondisi telanjang di berbagai cabang olahraga.

Hukuman seperti ini cukup penting untuk mencegah curang, sesuatu yang cukup sering terjadi.

Ada beberapa contoh kecurangan saat itu misalnya petinju yang menerima suap dan sengaja kalah dalam pertandingan.

Untuk pelanggaran yang lebih serius, ada hukuman denda, dan dana yang dikumpulkan dipakai untuk membangun patung-patung perunggu Dewa Zeus.

Alas untuk patung-patung ini bertuliskan nama-nama atlet yang curang dan mereka dipaksa untuk memberikan sumbangan, sebagai pengingat pelanggaran yang mereka lakukan.

Patung-patung ditempatkan di sepanjang rute ke stadion, dan diharapkan dapat menjadi efek jera bagi mereka yang mencoba untuk curang dalam pertandingan.

Baca juga: WHO Prediksi Akan Ada 100.000 Kematian Covid-19 hingga Olimpiade Berakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com