Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Tenggara Alami Wabah Terburuk sejak Pandemi Dimulai, Indonesia Terparah

Kompas.com - 19/07/2021, 15:35 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

Kekhawatiran efektivitas vaksin

Di Asia Tenggara, masalah bukan hanya pada sedikitnya jumlah orang yang menerima vaksin Covid-19.

Ada juga kekhawatiran bahwa Sinovac buatan China, yang diandalkan oleh banyak pemerintah di kawasan ini, kurang manjur dibandingkan vaksin Covid-19 lainnya.

Indonesia dan Thailand, telah memvaksinasi petugas kesehatan mereka dengan Sinovac. Keduanya telah menawarkan dosis booster dari vaksin untuk meningkatkan perlindungan.

Bulan ini saja, setidaknya 180 petugas kesehatan Indonesia telah meninggal, menurut kelompok masyarakat sipil Lapor Covid-19, yang melacak pandemi. Tidak jelas berapa banyak yang telah divaksinasi.

Dr Anan Jongkaewwattana, dari Pusat Nasional untuk Teknik dan Bioteknologi di Thailand, yang telah meneliti dampak Sinovac, menyambut baik keputusan untuk memberikan dosis tambahan.

Studi awal yang dijalankan bersama oleh pusat dan Universitas Thammasat menemukan bahwa tingkat antibodi di antara 500 petugas medis Thailand yang divaksinasi dengan dua dosis Sinovac turun 50 persen dalam waktu 40 hari.

Peneliti itu belum melihat secara spesifik antibodi penetralisir, atau parameter kunci untuk perlindungan terhadap virus, atau varian baru.

Namun menurut Anan, temuan mereka, seperti penelitian lain, menunjukkan dampak vaksin melemah dari waktu ke waktu.

“Ini adalah tanda peringatan bahwa vaksin yang dibuat dari virus yang tidak aktif mungkin tidak dapat mempertahankan respon imun cukup lama,” kata Anan kepada Guardian.

Baca juga: Banyak Pejabat AS Disebut Mulai Percaya Covid-19 Bocor dari Lab Wuhan

Tekanan ekonomi

Di Malaysia, kematian meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak awal Mei, hingga mencapai 6.866 kematian.

Langkah-langkah penguncian yang diperkenalkan pada 1 Juni telah menyebabkan kesengsaraan ekonomi bagi banyak orang.

Selama beberapa minggu terakhir, orang-orang telah mengibarkan bendera putih di jendela mereka, untuk menandakan bahwa mereka tidak mampu mengatasi masalah ekonomi, dan membutuhkan bantuan.

Sebagian besar sektor manufaktur, akhirnya diizinkan untuk terus beroperasi.

Kasus terus meningkat, dengan pakar kesehatan menyalahkan inkonsistensi dan celah dalam pembatasan. Pekan lalu, rekor infeksi harian tercatat selama tiga hari berturut-turut.

Dr Khor Swee Kheng, seorang spesialis kebijakan kesehatan independen, mengatakan pemerintah Malaysia harus segera meningkatkan kapasitas perawatan kesehatan di dan sekitar Kuala Lumpur, di mana rumah sakit paling tertekan.

“Perlindungan kesejahteraan yang penuh dan komprehensif untuk mendukung nutrisi, kesehatan mental, dan kemampuan untuk tinggal di rumah bagi semua orang Malaysia,” juga diperlukan, katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com