Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Izinkan Iran Pakai Dana Beku yang Kena Sanksi untuk Bayar Utangnya

Kompas.com - 15/07/2021, 13:05 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) mengizinkan Iran menggunakan dana beku yang terdampak sanksi AS ke Iran untuk menyelesaikan utang di Korea Selatan dan Jepang.

Pernyataan tersebut disampaikan Rabu (14/7/2021), seiring pembicaraan yang berlarut-larut untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang mengharapkan keringanan sanksi.

Baca juga: Militer Israel Minta Peningkatan Anggaran agar Bisa Serang Iran

AS mempertahankan sanksi besar-besaran terhadap rezim ulama Iran. Artinya perusahaan yang berurusan dengan banyak rekening bank di Iran, bisa berurusan dengan hukum di ekonomi terbesar di dunia itu.

Kementerian Luar Negeri AS (Kemlu AS) mengatakan telah membiarkan perusahaan Jepang dan Korea Selatan menerima pembayaran dari rekening Iran yang ditargetkan AS.

Transaksi tersebut untuk membayar ekspor yang dikirim sebelum pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump mulai memberlakukan sanksi terberatnya pada 2019.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menandatangani pengabaian (sanksi) sebelumnya dan telah memperpanjangnya selama 90 hari, karena "transaksi pembayaran ini terkadang memakan waktu," kata juru bicara Kemlu AS melansir AFP pada Rabu (14/7/2021).

"Untuk lebih jelasnya: Pengabaian tidak memungkinkan transfer dana apa pun ke Iran."

Juru bicara itu mengatakan tujuan pengabaian sanksi adalah untuk memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan di Jepang dan Korea Selatan, menghormati aliansi dan sebagai "dukungan atas semua sanksi AS dan PBB."

Baca juga: Sempat Membantah, Iran Kini Akui Ada Negosiasi Pertukaran Tahanan dengan AS

Korea Selatan dan pada tingkat lebih rendah Jepang, keduanya adalah eksportir teknologi utama Iran. Mereka memegang miliaran dollar aset dari Iran, yang macet sejak sanksi Trump.

Korea Selatan mengatakan pada April bahwa mereka telah menyelesaikan perselisihan lebih dari 7 miliar dollar AS (Rp 101 triliun), yang diblokir dari Iran tetapi telah menunggu lampu hijau AS.

Jepang, Korea Selatan dan mitra AS lainnya, terutama India, enggan berhenti membeli minyak dari Iran setelah Trump memberlakukan embargo sepihak dengan ancaman menghukum siapa pun yang membeli dari Teheran.

Trump telah bersumpah untuk membuat Iran bertekuk lutut melalui tekanan maksimum, setelah dia keluar dari kesepakatan yang dinegosiasikan oleh pendahulunya Barack Obama.

Kesepakatan nuklir 2015 itu mengatur Iran untuk secara drastis mengurangi program nuklir dengan imbalan janji bantuan ekonomi.

Presiden AS Joe Biden lebih suka kembali ke kesepakatan 2015, dengan alasan kesepakatan itu berhasil dan secara damai menangani masalah keamanan utama.

Tetapi pembicaraan tidak langsung yang ditengahi Uni Eropa di Wina belum menghasilkan terobosan. Iran bersikeras mengakhiri semua sanksi, termasuk tindakan yang diambil atas masalah non-nuklir.

Baca juga: Iran Luncurkan Aplikasi Kencan Islami bagi Anak Muda yang Ingin Menikah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com