KOMPAS.com - Setiap malam dalam beberapa pekan terakhir, Tara McGowan mendengar suara ambulans lewat depan rumahnya setiap 10 menit sekali.
Selama dua pekan lalu, empat orangtua dari mahasiswanya telah meninggal dunia akibat Covid-19.
Tara merupakan pengajar bahasa Inggris di salah satu universitas di Yogyakarta, yang juga melihat langsung bagaimana pandemi ini menyerang salah satu tetangganya.
Baca juga: Susul UEA, Bahrain Larang Kedatangan Pelancong dari Indonesia Terkait Covid-19
Wanita asal Australia ini mengaku melihat tetangganya berjalan ke mobil dalam kondisi kesulitan bernapas.
"Banyak orang meninggal. Situasinya begitu menakutkan," ujar Tara kepada ABC.
Bertambahnya jumlah korban meninggal dan pasien Covid-19 ini diperkirakan belum mencapai puncaknya.
"Puncak gelombang kedua penularan Covid-19 di Indonesia belum terjadi," ujar Edhie Rahmat, dari Project HOPE, sebuah LSM setempat.
"Pasien sakit hanya menunggu kematian pasien lainnya sehingga mereka bisa punya kesempatan untuk masuk ke rumah sakit," katanya.
Baca juga: Masuk Negara Daftar Merah Covid-19, Pelancong dari Indonesia Dilarang Masuk Bahrain
Indonesia melaporkan lebih dari 20 ribu kasus baru per hari sejak awal bulan Juli ini.
Pada Jumat pekan lalu (9/7/2021), tercatat 38.124 kasus positif dengan 871 kematian.
Menko Maritim dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengakui kemungkinan skenario terburuk di mana jumlah kasus harian bisa mencapai 40 ribu hingga 50 ribu.
Namun dikhawatirkan jumlah kasus baru dan kematian akibat Covid-19 sebenarnya lebih tinggi lagi karena masih kurangnya tes yang dilakukan.
"Mereka sekarang mengangkut mayat dengan mobil truk karena ambulans sudah tidak mencukupi," kata Tara.
Baca juga: Indonesia Melampaui India, Bersiap Jadi Episentrum Baru Covid-19 Asia
"Mereka menumpuk mayat-mayat itu, agak menjijikkan rasanya," ujarnya.
Rumah sakit di beberapa kota besar di Pulau Jawa telah mengalami kelebihan kapasitas, begitu pula dengan persediaan oksigen bagi pasien Covid-19.