Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Australia di Indonesia Khawatir Situasi Covid-19 yang Memburuk

Kompas.com - 14/07/2021, 17:28 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Setiap malam dalam beberapa pekan terakhir, Tara McGowan mendengar suara ambulans lewat depan rumahnya setiap 10 menit sekali.

Selama dua pekan lalu, empat orangtua dari mahasiswanya telah meninggal dunia akibat Covid-19.

Tara merupakan pengajar bahasa Inggris di salah satu universitas di Yogyakarta, yang juga melihat langsung bagaimana pandemi ini menyerang salah satu tetangganya.

Baca juga: Susul UEA, Bahrain Larang Kedatangan Pelancong dari Indonesia Terkait Covid-19

Wanita asal Australia ini mengaku melihat tetangganya berjalan ke mobil dalam kondisi kesulitan bernapas.

"Banyak orang meninggal. Situasinya begitu menakutkan," ujar Tara kepada ABC.

Bertambahnya jumlah korban meninggal dan pasien Covid-19 ini diperkirakan belum mencapai puncaknya.

"Puncak gelombang kedua penularan Covid-19 di Indonesia belum terjadi," ujar Edhie Rahmat, dari Project HOPE, sebuah LSM setempat.

"Pasien sakit hanya menunggu kematian pasien lainnya sehingga mereka bisa punya kesempatan untuk masuk ke rumah sakit," katanya.

Baca juga: Masuk Negara Daftar Merah Covid-19, Pelancong dari Indonesia Dilarang Masuk Bahrain

Indonesia melaporkan lebih dari 20 ribu kasus baru per hari sejak awal bulan Juli ini.

Pada Jumat pekan lalu (9/7/2021), tercatat 38.124 kasus positif dengan 871 kematian.

Menko Maritim dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengakui kemungkinan skenario terburuk di mana jumlah kasus harian bisa mencapai 40 ribu hingga 50 ribu.

Namun dikhawatirkan jumlah kasus baru dan kematian akibat Covid-19 sebenarnya lebih tinggi lagi karena masih kurangnya tes yang dilakukan.

"Mereka sekarang mengangkut mayat dengan mobil truk karena ambulans sudah tidak mencukupi," kata Tara.

Baca juga: Indonesia Melampaui India, Bersiap Jadi Episentrum Baru Covid-19 Asia

"Mereka menumpuk mayat-mayat itu, agak menjijikkan rasanya," ujarnya.

Rumah sakit di beberapa kota besar di Pulau Jawa telah mengalami kelebihan kapasitas, begitu pula dengan persediaan oksigen bagi pasien Covid-19.

Presiden Joko Widodo telah menjanjikan tambahan fasilitas perawatan untuk pasien Covid-19, serta meminta para produsen oksigen untuk mengutamakan pasokannya bagi keperluan kesehatan.

Pekan lalu, Australia mengumumkan bantuan ventilator, oksigen, 40.000 peralatan tes Covid-19, serta 2,5 juta dosis vaksin buatan AstraZeneca.

Menurut Tara, warga Australia mungkin banyak yang tidak memahami bagaimana dampak pandemi ini pada suatu negara seperti Indonesia.

"Orang meninggal di rumahnya, orang menyaksikan bagaimana tubuh keluarganya menjadi biru di depan mata sendiri," ujarnya.

"Bila orang Australia bisa melihat langsung apa yang terjadi di Indonesia saat ini, mereka pasti akan cepat-cepat pergi vaksinasi," kata Tara lagi.

Baca juga: Setelah UEA, Filipina Berencana Larang Pelancong Indonesia Masuk Negaranya

Melewatkan kematian nenek di Australia

Banyak orang Australia yang tinggal di Indonesia saat ini tak bisa pulang untuk mengunjungi keluarganya sejak awal pandemi tahun lalu.

Pemerintah Australia pada awal Juli juga telah mengambil kebijakan untuk mengurangi kuota warga Australia di luar negeri yang bisa pulang ke negaranya.

Salah satu warga Australia yang berada di Indonesia, Hana Joyce, telah tinggal di Ubud, Bali, sejak 2017.

Ia mengaku tidak pernah pulang ke Australia selama pandemi, dan telah melewatkan sejumlah acara penting keluarganya.

Hana menyebutkan tidak bisa pulang ke Australia ketika neneknya meninggal pada Desember tahun lalu, akibat adanya pembatasan serta biaya karantina hotel yang sangat mahal.

Baca juga: Terkait Covid-19, UEA Larang Pelancong dari Indonesia dan Afghanistan Masuk

"Kami mengalami beberapa peristiwa penting dalam keluarga, yaitu kelahiran anak saya, kematian nenek, dan pernikahan saudara, namun kami tidak bisa berkumpul," kata Hana.

Hana menikah dengan orang Bali, Ketut Aprinawan, dan telah dikarunia tiga orang anak yang masih balita. Mereka mengelola sebuah restoran Jepang di Ubud, yang dibuka tidak lama sebelum pandemi.

Pandemi telah menekan perekonomian dan mendorong Indonesia masuk ke masa resesi untuk pertama kalinya dalam dua dekade.

Perekonomian Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata sangat terpukul akibat pembatasan perjalanan yang berlaku di banyak negara.

Namun Hana merasa bersyukur karena bersama suami dan karyawan restoran serta tetangga-tetangganya, mereka semua telah mendapatkan vaksinasi lengkap.

Baca juga: Bagaimana Menyebut Kerokan dan Masuk Angin di Amerika? Ini Cerita Penerjemah Medis Asal Indonesia

"Saya dan suamiku, seluruh pegawai restoran kami serta para tetangga telah divaksinasi jauh sebelum orangtuaku di Australia yang berumur 70-an mendapatkan vaksin," ujar Hana.

Pemerintah RI telah mendahulukan program vaksinasi untuk Bali karena terkait dengan rencana mereka untuk membuka kembali Pulau Dewata bagi para turis.

Secara nasional, pemerintah Indonesia telah menargetkan vaksinasi terhadap 180 juta orang pada awal tahun 2022.

Data pekan lalu menunjukkan baru sekitar lima persen dari orang Indonesia yang telah divaksinasi secara lengkap.

Baca juga: Pakar: Covid-19 di Indonesia Bisa Seburuk India, tapi Faskes Tak Sekuat India

Warga Indonesia di Australia merasa bersalah

Bagi Felia Erlang, seorang warga Indonesia yang tinggal di Australia, ada rasa bersalah ketika mendengar kabar tentang kerabatnya yang meninggal di kampung halaman.

Wanita yang pindah ke Australia sejak 22 tahun lalu ini menyebut kabar buruk dari Indonesia beberapa waktu belakangan sudah menjadi kenyataan yang menyedihkan.

"Kami tidak bisa pulang untuk membantu. Tak bisa berbuat apa-apa," ujarnya kepada ABC.

Ia bersama teman-temannya mengikuti perkembangan di Indonesia dan saling menguatkan diri melalui grup percakapan online.

"Hari-hari ini sangat berat bagi teman-teman saya," katanya.

Baca juga: Dukung Indonesia Perangi Covid-19, Singapura Kirim Paket Bantuan

"Orangtua dari sejumlah teman saya telah meninggal dunia dalam beberapa hari terakhir," kata Felia.

Felia mengatakan ayahnya di Indonesia dalam kondisi baik, namun khawatir dengan banyaknya informasi menyesatkan tentang Covid-19 yang diterima keluarganya.

Karena itu, ia mengaku mengambil peran untuk menjelaskan mana informasi yang tidak benar dalam grup percakapan WhatsApp keluarganya.

"Saya harus melakukannya untuk membantu keluarga. Saya sampaikan betapa perlunya kita divaksin, dan betapa Covid-19 ini nyata adanya," ujar Felia lagi.

Baca juga: Indonesia Dorong ASEAN-Italia Perkuat Kerja Sama Pembangunan Berkelanjutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Global
Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com