Dr Gohel, yang telah mempelajari kelompok-kelompok ekstremis di wilayah tersebut selama bertahun-tahun, tidak diragukan lagi bahwa kebangkitan Taliban adalah kebangkitan Al-Qaeda.
"Taliban tidak dapat dipisahkan dari Al-Qaeda, dengan kewajiban budaya, keluarga, dan politik yang tidak akan dapat ditinggalkan sepenuhnya," kata Dr Gohel dari Asia Pacific Foundation.
Sejak pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden, memindahkan operasinya dari Sudan kembali ke Afghanistan pada 1996 hingga 2001. Taliban sebagai pihak yang menyediakan tempat yang aman baginya.
Arab Saudi, satu dari 3 negara yang mengakui pemerintah Taliban pada saat itu, mengirim kepala intelijennya, Pangeran Turki al-Faisal, untuk mencoba membujuk Taliban agar menyerahkan bin Laden.
Baca juga: Taliban Berhasil Rebut Kembali Bekas Markasnya di Distrik Kunci Afghanistan
Namun, Taliban tetap menolak dan kemudian dari pangkalan Al-Qaeda di Afghanistan terjadilah serangan 9/11 yang menghancurkan.
Kepala Staf Pertahanan Inggris, Jenderal Sir Nick Carter, yang melayani beberapa tur komando di Afghanistan, percaya bahwa kepemimpinan Taliban mungkin tidak akan berbagi kekuasaan dengan Al-Qaeda.
Carter melihat Taliban tidak ingin dilihat kembali sebagai paria internasional dan mereka telah belajar dari kesalahan mereka sebelumnya.
Namun, tidak dapat dipastikan juga kemampuan Taliban untuk menahan Al-Qaeda di masa depan, bahkan jika pemerintahan Afghanistan berada di tangan Taliban.
Mengutip BBC, disebutkan apa yang dibutuhkan Al-Qaeda maupun ISIS untuk berkembang adalah situasi negara yang kacau dan tidak stabil. Semua tanda itu ada di Afghanistan.
Baca juga: AS: Penarikan Pasukan di Afghanistan Diprediksi Selesai Akhir Agustus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.