"Ini semacam melegakan karena sangat panas," kata warga lokal Salvatore Casuccio kepada AFP di Roma tengah, Senin (28/6/2021).
Namun, banyak orang di luar dan sekitarnya pada Senin pagi masih mengenakan masker mereka, baik karena kebiasaan atau masih khawatir dengan Covid-19.
Baca juga: Dulu Terparah Kini Bebas Masker, Lihat Cara Italia Tangani Covid-19
Dr Lim Hui Ling, direktur medis International Medical Clinic di Singapura, pada 1 Februari 2021 menerangkan ke Insider, ada aplikasi Trace Together untuk melacak dengan siapa saja pasien Covid-19 berkontak.
Aplikasi Trace Together diperkenalkan pada Maret 2020, dan harus digunakan saat warga Singapura memasuki toko, rumah sakit, bahkan taksi.
Negara lain yang memiliki aplikasi pelacakan adalah Australia, tetapi dianggap tidak efektif memutus rantai penyebaran Covid-19.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison meluncurkan aplikasi COVIDsafe pada April 2020.
Namun Komisaris Polisi Australia Selatan sekaligus ketua penanganan virus corona di negara bagian tersebut, Grant Stevens, pada Rabu (4/11/2020) mengatakan, aplikasi COVIDSafe tidak memiliki "keuntungan material" bagi otoritas kesehatan.
Stevens mengatakan, tidak ada satu kasus pun di Australia Selatan yang teridentifikasi lewat COVIDSafe.
Diketahui, aplikasi itu menggunakan Bluetooth untuk melacak kontak dekat pengguna jika mereka tertular Covid-19.
"Kami belum sempat menggunakannya. Saya belum pernah mendengar kasus spesifik di mana COVIDSafe menghasilkan keuntungan material bagi orang-orang yang mencoba melacak kontak. Kami mengandalkan metodologi tradisional," ujarnya dikutip dari Xinhua.
Baca juga: Aplikasi Pelacakan Covid-19 Pemerintah Australia Disebut Tak Efektif
Langkah pertama Singapura hidup berdampingan dengan Covid-19 adalah meluncurkan travel bubble dengan sejumlah negara yang berhasil mengendalikan Covid-19, seperti Hong Kong, Australia, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
Pekerja asing seperti asisten rumah tangga dan buruh konstruksi diharapkan dapat kembali masuk ke Singapura.
Singapura melakukannya, karena sektor-sektor ekonomi yang sangat bergantung dengan pekerja asing saat ini kewalahan akibat kekurangan tenaga kerja.
“Ke depannya, jika terinfeksi Covid-19, dokter akan memberikan surat sakit, pasien kemudian menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing, beristirahat secukupnya, dan mengetes dirinya secara rutin hingga negatif Covid-19," kata Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung dalam wawancara eksklusif dengan The Straits Times, Kamis (1/7/2021).
"Setelah itu pasien dapat kembali ke luar rumah,” lanjutnya
Sementara itu warga yang berpotensi terekspos virus corona, misal berada di tempat umum yang sama dengan penderita, akan menerima SMS dari Kementerian Kesehatan Singapura untuk mengetes dirinya dengan alat yang dapat dibeli di apotek.
Rumah sakit akan dikhususkan untuk penderita Covid-19 dengan gejala berat atau yang parah kondisinya
Untuk melakukan ini sebuah negara harus memiliki fasilitas penunjang kesehatan yang kuat, seperti pelacakan, akses tes Covid-19 yang mudah didapat, dan hasil yang valid.
Baca juga: Yakin Virus Corona Tak Bisa Lenyap, Singapura Berencana Tangani Covid-19 seperti Endemik
Masalahnya, beberapa negara masih disibukkan dengan maraknya hasil tes virus corona palsu yang beredar.