Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panasnya Kota Jacobabad Pakistan Capai Suhu 52 Derajat Celcius

Kompas.com - 30/06/2021, 12:13 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber The Sun

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Kota di Pakistan sedang mengalami cuaca panas ekstrem dengan mencapai suhu 52 derajat Celcius, tertinggi di Bumi.

Suhu udara saat ini disebutkan lebih panas dari pada suhu terpanas pada 2015, ketika dua gelombang panas 30 derajat Celcius di India dan Pakistan menewaskan lebih dari 4.000 orang, seperti yang dilansir dari The Sun pada Senin (28/6/2021).

Kota Jacobabad di provinsi Sindh, Pakistan adalah lokasi terpanas di luar kapasitas manusia pada umumnya, kata para ahli kepada The Telegraph.

Baca juga: Gelombang Panas Hantam Kanada, Suhunya Capai 46,6 Derajat Celsius

Temperaturnya bisa mencapai tingkat yang terkendali dan berbahaya bagi manusia, yaotu 52 derajat Celcius.

Beberapa penghuni yang cukup beruntung memiliki AC untuk membantu bertahan dari panas yang menyengat, tapi di saat bersamaan biasanya terjadi pemadaman listrik.

Seorang penduduk mengatakan, "Ketika cuaca menjadi sangat panas, Anda bahkan tidak sanggup untuk berdiri dengan kaki Anda."

Penjaga toko Abdul Baqi menambahkan, "Ini adalah waktu yang sangat sulit, ketika suhu melampaui 50 derajat Celcius. Warga tidak keluar dari rumah mereka dan jalanan sepi."

The Telegraph menerangkan bahwa panasnya Jacobabad adalah salah satu dari dua tempat di Bumi yang secara resmi melewati ambang batas suhu panas yang dapat ditahan tubuh manusia.

Ras al Khaimah di timur laut Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) adalah lokasi kedua terpanas di Bumi.

Baca juga: Lebah dengan Sengatan Seperti Logam Panas Ditemukan di Washington

Namun, Tom Matthews, seorang dosen ilmu iklim di Universitas Loughborough berpendapat bahwa Lembah Indus "hampir menjadi tempat nomor satu di dunia".

Matthews menggambarkan Lembah Indus sebagai "benar-benar episentrum panas yang ekstrem".

Matthews dan rekan peneliti telah menyelidiki data stasiun cuaca global.

Mereka menemukan bahwa suhu panas di Jacobabad dan Ras al Khaimah untuk sementara telah sampai pada batas yang dapat mematikan bagi manusia.

Misalnya, pada suhu 35 derajat Celcius saja, tubuh manusia sudah harus berjuang untuk mendinginkan diri melalui keringat, sehingga dengan suhu 52 derajat Celcius meningkatkan risiko kematian.

Namun, The Telegraph mengungkapkan bahwa suhu tinggi di UEA tempaknya tidak lagi menjadi masalah, karena negara kaya ini memiliki daya listrik dan AC di mana-mana.

Baca juga: Awan Debu Besar Panas Berpotensi Hantam AS Sepanjang Musim Panas

Sangat kontras dengan Pakistan, khususnya di Jacobabad, yang penduduknya hanya memiliki pendapatan 2 poundsterling (Rp 40.200) sehari dengan susah payah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, bazaar lokal menjual banyak es, kipas angin, dan pendingin berteknologi rendah yang hanya melepaskan udara yang menyegarkan.

Sebagian orang berenang ke kolam terdekat yang tampak kotor untuk sedikit mengatasi rasa panas dirasa tubuh.

Namun cara itu bukan solusi tepat, karena perairan dangkal lebih hangat dari pada darah yang mengalir melalui pembuluh darah manusia.

“Orang-orang yang sudah terbiasa, (tubuh) mereka telah mengembangkan perlawanan,” kata seorang pejabat.

Matthews sebelumnya telah menulis dalam Proceedings of the National Academy of Sciences AS bahwa "cuaca yang sangat panas dapat memiliki konsekuensi yang mematikan bagi manusia.

Baca juga: Puluhan Kura-kura dan Lumba-lumba Mati akibat Panas dan Racun Kimia dari Kapal Terbakar di Sri Lanka

"Saat iklim menghangat, frekuensi dan intensitas kondisi seperti itu diperkirakan akan meningkat, di antara dampak negatif pemanasan global," ujarnya.

Pada 2015, terdapat dua gelombang panas di India dan Pakistan yang mencapai 30 derajat Celcius membunuh 4.000 orang, saat suhu udara di permukaan Bumi meningkat.

Menurut laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), diproyeksikan dapat terjadi gelombang panas pembunuh yang lebih parah dan belum pernah terjadi.

Laporan mengerikan oleh panel penasehat ilmu iklim PBB melukiskan gambaran suram dan mematikan dari planet yang memanas.

Jika dunia menghangat 1,5-0,4 derajat Celcius di atas tingkat saat ini, diperkirakan 14 persen populasi akan terkena gelombang panas yang parah, setidaknya sekali setiap 5 tahun, "peningkatan yang signifikan dalam besarnya gelombang panas".

Dampak terburuk diperkirakan terjadi di kota-kota besar di negara berkembang yang menghasilkan panas tambahan, dari Karachi, Pakistan hingga Kinshasa, Kongo; Manila, Filipina hingga Mumbai, India; dan Lagos, Nigeria hingga Manaus, Brasil.

Baca juga: Suhu Mencapai 54,4 Derajat Celcius, Selama 2 Hari California Lakukan Pemadaman Listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com