Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Terparah Kini Bebas Masker, Lihat Cara Italia Tangani Covid-19

Kompas.com - 28/06/2021, 14:07 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Awal wabah virus corona di Italia terpusat di rumah sakit yang membeludak, tetapi walau melelahkan pada akhirnya membuat dokter dan perawat bisa mempercepat pelacakan kontak.

Lockdown Italia pada akhirnya berefek penurunan kasus dan mengurangi kemungkinan kontak dengan seseorang yang terinfeksi.

Pada akhir lockdown Italia, sirkulasi virus turun tajam, dan di beberapa wilayah tengah dan selatan hampir tidak ada rantai penularan sama sekali.

3. Tindakan setelah lockdown

Italia tidak berpuas diri begitu saja setelah lockdown berakhir, dan justru bergegas meneliti lebih lanjut wabah Covid-19 yang menerpa mereka.

New York Times pada 31 Juli 2020 menerangkan, setelah awal yang buruk, Italia mengonsolidasikan atau setidaknya mempertahankan aturan-aturan lockdown melalui kombinasi kewaspadaan dan keahlian medis.

Pemerintahannya mengambil kebijakan yang dipandu oleh komite ilmiah dan teknis.

Dokter, rumah sakit, dan petugas kesehatan setempat mengumpulkan lebih dari 20 indikator virus setiap hari dan mengirimkannya ke otoritas regional, yang kemudian meneruskannya ke Institut Kesehatan Nasional.

Hasilnya adalah laporan mingguan yang menjadi dasar kebijakan. Semua yang dijalani Italia selanjutnya jauh dari kata panik, berbeda seperti awal Maret.

Baca juga: Katup Seharga Rp 16.000 dari Printer 3D Jadi Penyelamat Nyawa Pasien Corona di Italia

4. Tidak ragu untuk lockdown kedua

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte berbicara selama pidato terakhirnya di Senat sebelum mosi tidak percaya, di Roma, Selasa (19/1/2021).AP PHOTO/YARA NARDI Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte berbicara selama pidato terakhirnya di Senat sebelum mosi tidak percaya, di Roma, Selasa (19/1/2021).
Oleh karena kebijakannya diambil berdasarkan sains, Pemerintah Italia tidak ragu saat menerapkan lockdown kedua ketika kasus Covid-19 kembali melonjak.

Pada awal Agustus 2020 parlemen Italia mengumumkan keadaan darurat hingga 15 Oktober setelah Perdana Menteri Giuseppe Conte memperingatkan, tidak boleh lengah karena virus masih beredar.

Kebijakan tersebut memungkinkan pemerintah untuk tetap melakukan restriksi dan merespons dengan cepat, termasuk dengan lockdown, untuk setiap klaster baru.

Pemerintah juga membatasi kedatangan dari puluhan lebih negara ke Italia, karena impor virus termasuk faktor lonjakan kasus.

“Ada banyak situasi di Perancis, Spanyol, Balkan, yang berarti bahwa virus itu tidak hilang sama sekali,” kata Ranieri Guerra, asisten direktur jenderal untuk inisiatif strategis di WHO yang juga dokter Italia.

5. Nyawa orang lebih penting daripada ekonomi

Para penari menyambut kedatangan pengunjung di taman hiburan Cinecitta World, pinggiran Roma, pada hari pembukaan kembalinya, Kamis (17/6/2021). Taman hiburan ini tutup sejak 25 Oktober 2020 saat Italia menerapkan lockdown kedua untuk menangani wabah Covid-19.AP PHOTO/ALESSANDRA TARANTINO Para penari menyambut kedatangan pengunjung di taman hiburan Cinecitta World, pinggiran Roma, pada hari pembukaan kembalinya, Kamis (17/6/2021). Taman hiburan ini tutup sejak 25 Oktober 2020 saat Italia menerapkan lockdown kedua untuk menangani wabah Covid-19.
Tidak diragukan lagi bahwa lockdown merugikan Italia secara ekonomi.

Selama tiga bulan, bisnis dan restoran harus tutup, pergerakan masyarakat juga sangat dibatasi. Bahkan perjalan antarwilayah, antarkota, dan tempat wisata dihentikan.

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com