TEL AVIV, KOMPAS.com – Kelompok hacker Malaysia pro-Palestina mencuri data pribadi ratusan ribu mahasiswa Israel dan membocorkannya secara online.
Data pribadi tersebut mencakup nama, nomor telepon, alamat email, dan alamat rumah sebagaimana dilansir The Times of Israel, Minggu (27/6/2021).
Kelompok hacker yang menamakan diri DragonForceMalaysia tersebut mengumumkan serangan siber yang telah mereka lancarkan melalui unggahan di situs webnya.
Baca juga: Hacker Korea Utara Retas Lembaga Think Tank Nuklir Korea Selatan
Dalam pengumumannya itu, DragonForceMalaysia juga meminta organisasi hak asasi manusia, dan aktivis untuk berkampanye melawan Israel yang mereka plesetkan sebagai “Israhell”.
Kelompok hacker itu awalnya membagikan data pribadi ratusan ribu mahasiswa Israel melalui aplikasi pertukaran pesar Telegram.
DragonForceMalaysia menyatakan, pencurian data pribadi para pelajar tersebut merupakan balasan atas serangan Israel terhadap Jalur Gaza selama 11 hari.
Kelompok peretas tersebut tampaknya berhasil mencuri data-data pribadi itu melalui situs web AcadeMe.
Baca juga: Ternyata Ini Motif Hacker Korea Utara Retas Data Vaksin Covid-19 Pfizer
AcadeMe merupakan salah satu situs web terbesar di Israel bagi para pelajar dan alumni untuk mencari pekerjaan.
Saat Kompas.com mencoba mengakses AcadeMe pada Senin (28/6/2021) pukul 11.00 WIB, situs web tersebut tidak bisa diakses.
AcadeMe bekerja sama dengan sejumlah lembaga pendidikan tinggi terkemuka seperti Universitas Ben Gurion Negev, Universitas Tel Aviv, Universitas Terbuka, Universitas Bar-Ilan, Technion, Universitas Haif, dan lain-lain.
Pakar keamanan siber May Brooks-Kempler mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki sejauh mana peretasan tersebut.
Baca juga: Selebgram Nigeria Bantu Hacker Korea Utara Curi Uang Rp 21 Triliun
Brooks-Kempler yang mengelola grup Think Cyber Safe di Facebook menduga, ada sekitar 280.000 data pribadi mahasiswa dari 2014 sampai sekarang yang sudah bocor.
Dia memperingatkan bahwa data pribadi tersebut dapat dimanfaatkan dalam serangan siber mendatang yang berfokus pada mereka yang baru mendaftar AcadeMe.
Pada Desember 2020, kelompok hacker yang menamakan diri Black Shadow merhasil mengakses dan mencuri rincian para klien perusahaan asuransi Shirbit.
Setelah itu, Black Shadow menuntut uang tebusan kepada perusahaan atau akan mempublikasikan data yang berhasil mereka dapatkan ke internet.
Shirbit menolak untuk membayar tebusan. Black Shadow lantas menyatakan bahwa mereka telah menjual data pribadi yang telah mereka curi ke dark web.
Baca juga: Lawan Kudeta Myanmar, Hacker Serang Web Pemerintah Militer
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.