Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duterte kepada Rakyat Filipina: Divaksin atau Saya Masukkan Penjara

Kompas.com - 22/06/2021, 19:40 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Al Jazeera

MANILA. KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperingatkan masyarakat mau menerima vaksin, atau dia masukkan ke penjara.

Ancaman itu diberikan setelah Covid-19 varian Delta menyebar di negara Asia Tenggara itu, membuat perbatasan dalam siaga tinggi.

"Anda bisa memilih: Anda bisa mendapatkan vaksin atau aku akan mengirim Anda ke penjara," kata Duterte dalam bahasa Tagalog.

Baca juga: Presiden Filipina: Kalau Tolak Vaksin Covid-19, Saya Suntik Vaksin Babi

Filipina memulai vaksinasi Covid-19 pada Maret. Namun, terdapat laporan rendahnya inokulasi di sejumlah tempat.

Presiden berjuluk The Punisher itu mengaku sudah muak dengan "orang bodoh" yang menolak divaksinasi.

Karena itu dilansir Al Jazeera Selasa (22/6/2021), dia mengancam bakal menyuntikkan obat khusus babi.

Pada April 2020, presiden yang akrab disapa Digong tersebut sempat mengancam bakal menembak mati pelanggar lockdown.

Sejak ancaman itu muncul, ada beberapa laporan pelanggar ditembak mati, termasuk seorang warga lanjut usia.

Duterte pantas untuk gusar. Sebab, jumlah populasi warga dewasa yang sudah divaksin begitu kecil.

Baca juga: Duterte Tolak Penyelidikan Internasional soal Korban Tewas dalam Perang Anti-narkoba

Menurut data Herd Immunity PH hingga Senin (21/6/2021), baru 1,95 persen dari 110 juta yang mendapatkan vaksin penuh.

Sementara menurut data pemerintah secara terpisah,8,4 juta vaksin sudah diberikan, dengan 2,15 juta divaksin penuh, dan 6,2 juta baru menerima dosis pertama.

Hingga Senin, Filipina total sudah melaporkan 1,3 juta kasus virus corona, di mana terdapat 56.000 kasus aktif.

Kebanyakan dari kasus baru dilaporkan terdeteksi di Mindanao, yang notabene adalah basis politik Duterte.

Selain itu pada Senin, terdapat 138 kematian baru karena corona, membuat jumlah totalnya di angka 23.700 orang.

Baca juga: WHO: Puluhan Negara Miskin Kehabisan Dosis Vaksin Covid-19

Presiden berusia 76 tahun tersebut mengatakan, mereka yang menolak divaksin dipersilakan pindah negara ke AS atau India.

Pernyataan sang presiden itu memantik kritik dari Harold Chiu, pakar endokrinologi di Rumah Sakit Umum Manila.

"Komentarnya melawan otonomi pasien dan memaksa orang untuk disuntik vaksin jika tak ingin dipaksa," paparnya.

Karena itu, Chiu menyerukan orang menerima vaksin Covid-19 karena aman dan terbukti melawan wabah.

Mia Magdalena Longid, perawat bersertifikasi sekaligus guru berujar, mengancam orang tidak akan meningkatkan angka inokulasi.

Baca juga: Biden Umumkan Daftar Negara yang Dapat Vaksin Covid-19 AS, Termasuk Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com