Tetapi rasio infeksi, lebih dari 16.000 per satu juta, adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, menurut data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Akan tetapi, kemarahan publik disebut mungkin tidak memiliki dampak politik langsung. Pasalnya parlemen Malaysia ditangguhkan selama keadaan darurat dan pemilihan umum tidak akan berlangsung hingga 2023.
Muhyiddin mengatakan pemilihan awal akan diadakan jika aman untuk dilakukan.
Baca juga: UPDATE Covid-19 Global: Penurunan Infeksi di Eropa dan Asia Tenggara, Evolusi Virus
Pada Minggu (23/5/2021), Muhyiddin mengatakan dia siap menerima kritik selama masyarakat memainkan perannya dalam mengendalikan infeksi.
"Mereka bisa memanggil saya 'perdana menteri bodoh', tidak apa-apa," katanya dalam wawancara yang disiarkan televisi.
"Saya tahu betapa sulitnya mengelola, tapi ini tanggung jawab kita bersama."
Pihak berwenang telah dikritik karena tidak memberlakukan pembatasan yang lebih ketat atau mengambil tindakan yang lebih keras terhadap pelanggaran lockdown.
Kampanye vaksinasi yang dimulai pada Februari, tapi ada tuduhan bahwa beberapa penerima vaksin mendapat dosis yang lebih rendah dari yang dibutuhkan.
Lonjakan Covid-19 Malaysia menekan sumber daya rumah sakit, di mana tingkat hunian melebihi 70 persen minggu lalu di tempat tidur dan unit perawatan intensif untuk pasien Covid-19.
Baca juga: Ratusan TKI Malaysia Pulang Secara Ilegal Melalui Nunukan, 5 Orang Positif Covid-19
Pakar kesehatan mengatakan kematian Abdul Malik adalah tanda sistem kewalahan dan menyerukan tindakan yang lebih kuat untuk mencegah keruntuhan.
Pihak berwenang memperketat pembatasan Covid-19 Malaysia selama akhir pekan, tetapi menghentikan penutupan penuh. Pemerintah menyatakan beberapa industri perlu tetap buka.
“Banyak yang khawatir bahwa penutupan yang ketat akan merusak perekonomian,” kata Adeeba Kamarulzaman, spesialis penyakit menular di Universitas Malaya.
"Tapi dampaknya akan lebih buruk, atau berlangsung lebih lama, jika kita melanjutkan dengan tindakan setengah hati."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.