BELGRADE, KOMPAS.com - Pemerintah Serbia menawarkan uang bagi warganya yang bersedia mendapat vaksin Covid-19 sebelum akhir Mei.
Negara kawasan Balkan itu membeli jutaan dosis baik yang diproduksi negara Barat, maupun dari China dan Rusia.
Bahkan, negara itu menjadi pusat vaksin regional saat menawarkan warga asing yang ingin menerima vaksin.
Baca juga: Brasil Kekurangan Vaksin Covid-19 Jelang Suntikan Dosis Kedua
Namun setelah memvaksin 1,3 juta dari tujuh orang yang ditargetkan, vaksinasi Serbia mulai macet.
Karena itu, Presiden Alexander Vucic menyediakan imbalan bagi warganya yang mau disuntik vaksin Covid-19.
"Mereka yang mau divaksin sebelum 31 Mei akan mendapat 3.000 dinar (Rp 442.169)," jelas Vucic kepada media lokal.
Dilansir AFP Rabu (5/5/2021), Vucic menargetkan setidaknya tiga juta orang sudah divaksin sebelum akhir bulan.
Vucic menjelaskan, uang yang dia tawarkan lebih merupakan bentuk apresiasi atas tanggung jawab warganya.
Dia memperingatkan, pegawai negeri yang menolak divaksin tak akan menerima gaji jika mereka terinfeksi virus corona.
Baca juga: Dukun Covid-19 India: Tolak Obat dan Vaksin, Klaim Bisa Sembuhkan dengan Diet Kontroversial
Pemerintah berencana meningkatkan inokulasi dengan mendatangi pusat perbelanjaan pada Kamis (6/5/2021), menawarkan voucher sebagai ganti vaksin.
Epidemiolog Zoran Radovanovic berujar, ini adalah pertama kalinya dia melihat warga dibayar untuk disuntik vaksin virus corona.
"Jadi, mungkin saja skema yang kami jalankan tidak saja pertama di Eropa, namun juga di dunia," ujar dia.
Meski begitu, Radovanovic memperingatkan memberikan stimulus agar publik mau divaksin ibarat pedang bermata dua.
Baca juga: Belajar dari India, Indonesia Harus Waspada Euforia Vaksin Corona
Radovanovic menuturkan di satu sisi, warga yang berada di kelompok miskin agar tergerak untuk divaksin.
Tetapi di sisi lain, kelompok lain yang curiga dengan sikap pemerintah akan memberikan perlawanan.
"Logikanya begini: jika saya ditawarkan uang untuk disuntik daripada saya dibujuk demi kebaikan saya, maka jelas ada yang aneh di sini," papar Radovanovic.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.