Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Kesulitan Penuhi Target Dosis Sputnik V yang Dijanjikan, Kini Bermitra dengan China

Kompas.com - 04/05/2021, 17:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

 MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia berjuang memenuhi dosis target ambisius yang dijanjikannya untuk negara lain, dan ditetapkannya ketika pertama kali mengesahkan vaksin Sputnik V-nya.

Kini pembuatan Sputnik V dilaporkan akan bekerja sama dengan pabrikan China, untuk mempercepat produksi vaksin, guna memenuhi tenggat targetnya.

Baca juga: Dubes Rusia: Sputnik V Masih Proses di BPOM, Berharap Segera Masuk Program Vaksinasi Gotong Royong

Perusahaan analisis sains yang berbasis di London, Airfinity, mengatakan kepada AP bahwa mereka memperkirakan Rusia setuju memberikan 630 juta dosis vaksin yang dikembangkan di dalam negerinya, ke lebih dari 100 negara.

Tetapi sejauh ini dari jumlah tersebut hanya 11,5 juta dosis Sputnik V yang sudah diekspor.

Moskwa mengumumkan tiga kesepakatan total 260 juta dosis, dengan perusahaan vaksin China dalam beberapa minggu terakhir.

Newsweek melaporkan pada Selasa (4/5/2021), kemitraan ini dapat membuat dosis vaksin Sputnik V lebih cepat menjangkau negara-negara di Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika. Kemitraan ini juga menguntungkan kepentingan Rusia dan China.

Namun menurut Rasmus Bech Hansen, pendiri dan CEO Airfinity, Rusia "sangat ambisius dan tidak mungkin memenuhi target penuh mereka."

Kritik sebelumnya tentang vaksin Sputnik V Rusia sebagian besar telah dibungkam oleh data yang diterbitkan dalam jurnal medis Inggris The Lancet. Dinyatakan bahwa pengujian skala besar menunjukkan Sputnik V aman, dengan tingkat kemanjuran 91 persen.

Namun, para ahli kembali mempertanyakan kemampuan Rusia memenuhi janjinya kepada negara-negara di seluruh dunia.

Sebab dari janji ratusan juta dosis, “Negara Beruang Putih” itu baru memberikan sebagian kecil dari yang dijanjikan.

Baca juga: Ibu Kota Rusia Tawarkan Uang agar Warganya Mau Vaksinasi Covid-19 dengan Sputnik V

Ketidakjelasan produksi

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan permintaan Sputnik V secara signifikan melebihi kapasitas produksi dalam negeri Rusia.

Untuk meningkatkan produksi, Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang mendanai Sputnik V, telah menandatangani perjanjian dengan beberapa pembuat obat di negara lain, seperti India, Korea Selatan, Brasil, Serbia, Turki, Italia, dan lainnya.

Namun, sedikit indikasi bahwa produsen di luar negeri, kecuali di Belarusia dan Kazakhstan, telah membuat vaksin dalam jumlah besar sejauh ini.

RDIF menolak mengungkapkan berapa banyak dosis yang akan diberikan ke negara lain. Hingga 27 April, kurang dari 27 juta set Sputnik V dua dosis dilaporkan telah diproduksi di Rusia.

RDIF, yang bertanggung jawab atas kerja sama internasional untuk Sputnik V, mengatakan pada April akan menghasilkan 100 juta dosis bekerja sama dengan Hualan Biological Bacterin Inc.

Ada juga kesepakatan sebelumnya yang diumumkan pada Maret, untuk 60 juta dosis dengan Shenzhen Yuanxing Gene-tech Co.

Kedua kesepakatan itu merupakan tambahan dari kesepakatan yang diumumkan November lalu dengan Tibet Rhodiola Pharmaceutical Holding Co., yang telah membayar 9 juta dollar AS (Rp 129,8 miliar) untuk memproduksi dan menjual vaksin Sputnik V di China.

Baca juga: Dibanjiri Kritik karena Beli Vaksin Sputnik V, PM Slowakia Mengundurkan Diri

RDIF mengatakan pada April ketentuan kesepakatan itu untuk 100 juta dosis dengan anak perusahaan milik Tibet Rhodiola.

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan vaksin China telah beralih dari sebagian besar membuat produk untuk digunakan di dalam negeri, menjadi pemasok pasar global.

Masing-masing perusahaan mendapatkan persetujuan awal WHO untuk vaksin tertentu, sehingga dipandang sebagai “jaminan kualitas.”

Selama masa pandemi, perusahaan vaksin China telah mengekspor ratusan juta dosis ke luar negeri.

Pembuat vaksin China dengan cepat meningkatkan kapasitas dan mengatakan mereka dapat memenuhi kebutuhan domestik China pada akhir tahun.

"Ini adalah pengakuan dari produsen vaksin China, yang dapat memproduksi dalam jumlah besar," kata Helen Chen, kepala farmasi LEK Consulting, perusahaan konsultan strategi di Shanghai, dalam email kepada Newsweek.

Namun, tidak satu pun dari tiga perusahaan China tersebut yang mulai memproduksi Sputnik V.

Baca juga: Polemik Vaksin Sputnik V, Produsen Tuntut Uni Eropa karena Kasus Ini

Tibet Rhodiola mulai membangun pabrik di Shanghai pada akhir tahun lalu. Pada pertemuan tahunan untuk investor bulan lalu, perusahaan itu mengharapkan produksi bisa dimulai pada September.

Ketua Tibet Rhodiola Chen Dalin juga mengatakan setelah transfer teknologi berhasil, mereka akan mulai dengan pesanan 80 juta dosis untuk dijual kembali ke Rusia.

Seorang karyawan di perusahaan tersebut menolak untuk menyampaikan permintaan panggilan telepon, ke departemen media perusahaan untuk memberikan komentar, menurut laporan Newsweek.

Garis waktu untuk kesepakatan terbaru juga tidak jelas.

Sementara Hualan Bio adalah salah satu dari 10 produsen vaksin terbesar di China pada 2019. Panggilan telepon ke Hualan Bio tidak dijawab.

Seorang juru bicara dari Shenzhen Yuanxing menolak mengatakan kapan perusahaan akan mulai berproduksi. Tetapi menurutnya pesanan mereka tidak akan dijual di China. RDIF sempat menyatakan produksi akan dimulai bulan ini.

Baca juga: Rusia dan Austria Sepakat Bahas Pengiriman dan Produksi Vaksin Sputnik V

Keberhasilan diplomasi

Terlepas dari penundaan, diplomasi vaksin Rusia telah berhasil.

Sejak awal, Rusia, negara pertama yang menyetujui vaksin virus corona, dengan maksud untuk mendistribusikannya secara global.

Dalam beberapa minggu setelah memberikan persetujuan regulasi Sputnik V, RDIF mulai secara aktif memasarkannya di luar negeri, dan mengumumkan beberapa kesepakatan untuk memasok dosis ke negara lain.

Sejauh ini, mereka memenangkan pertempuran "hubungan masyarakat", kata para analis dalam sebuah laporan baru yang memeriksa diplomasi vaksin Rusia dan China dari Economist Intelligence Unit (EIU).

"Rusia telah mampu membangun hubungan diplomatik yang lebih kuat dan di bidang-bidang yang belum mampu dijangkau sebelumnya,” kata Imogen Page-Jarrett, seorang analis di EIU.

"Mereka memiliki peluang ini, sementara AS, Uni Eropa, dan India berfokus pada domestik dan seluruh dunia sedang meminta pasokan vaksin."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

China Mulai Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Uji Kemampuan Rebut Kekuasaan

China Mulai Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Uji Kemampuan Rebut Kekuasaan

Global
Motif Penembakan PM Slovakia Akhirnya Terungkap

Motif Penembakan PM Slovakia Akhirnya Terungkap

Global
Implikasi Geopolitik Timur Tengah Pasca-Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Implikasi Geopolitik Timur Tengah Pasca-Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Global
Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Global
Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Global
Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com