KOMPAS.com - Akses ke dunia pendidikan bagi wanita Indonesia baru perlahan terbuka oleh perjuangan Raden Adjeng Kartini hingga awal 1900-an.
Sementara jauh pada periode masehi, ternyata Fatima Al-Fihri menjadi tokoh wanita muslim yang sudah berada di garis terdepan membangun universitas pertama di dunia.
Dialah yang mempelopori model pendidikan tinggi, yang dibarengi dengan penerbitan derajat berbagai jenjang ilmu di dunia.
Baca juga: Perempuan Berdaya: 5 Petarung Wanita dari Zaman Kuno yang Mengukir Sejarah
Awalnya, dia bermigrasi dengan keluarganya pada awal abad kesembilan dari Qairawan (Tunisia saat ini) ke kota Fez di Maroko, selama pemerintahan Idris II.
Fez pada saat itu adalah kota metropolitan yang ramai dari "Muslim Barat" (dikenal sebagai al-Maghrib), dan merupakan salah satu kota Muslim paling berpengaruh.
Fez merupakan kombinasi yang kaya antara agama dan budaya, baik tradisional maupun kosmopolitan. Ini adalah kota, di tepi kiri Sungai Fez, tempat keluarga Fatima menetap dan dia akhirnya menikah.
Setelah banyak kerja keras dan perjuangan di awal yang sederhana, keluarga Fatima akhirnya diberkati dengan kemakmuran. Ayahnya, Mohammad bin Abdullah Al-Fihri, telah menjadi pengusaha yang sangat sukses.
Tapi menurut para sejarawan, Fatima menyimpan banyak rahasia dalam hidupnya. Salah satu misteri yaitu tentang tanggal kematiannya, yang mungkin sekitar 878 M.
Selama hidupnya, Fatima juga disebut sebagai "ibu dari anak laki-laki". Menurut sejarawan Mohammed Yasser Hilali, julukan ini mungkin berasal dari kebiasaannya beramal dan fakta bahwa dia mengambil murid di bawah binaannya.
Baca juga: Perempuan Berdaya: 7 Legenda Wanita Bersejarah dalam Islam
Fatima adalah seorang yang sangat bertakwa kepada Tuhan. Setelah kematian suami, ayah, dan saudara laki-lakinya dalam waktu singkat, Fatima dan satu-satunya saudara kandungnya yang lain, Mariam, menerima warisan yang cukup besar yang bisa menjamin kemandirian finansial mereka.
Dia kemudian mendedikasikan semua hartanya untuk memberi manfaat bagi komunitasnya.
Rumah ibadah menurutnya menjadi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk komunitas Muslimnya di Fez ketika itu.
Saat itu, masjid-masjid lokal di Fez tidak dapat menampung populasi jemaah yang terus bertambah, banyak di antaranya adalah pengungsi dari Islam Spanyol.
Dia pun membangun masjid yang cukup besar untuk menampung jumlah umat yang terus bertambah.
Setelah membeli tanah dari seorang pria dari suku "Hawaara", Fatima memulai proyek pembangunannya pada awal Ramadhan tahun 254 Hegira, yaitu 859 M.
Baca juga: Perempuan Berdaya: Mary Phelps Jacob, Penemu Bra Pertama Pengganti Korset