LEESBURG, KOMPAS.com - Sentimen anti-Asia di Amerika Serikat yang terasa meningkat belakangan ini menimbulkan tanggapan beragam di kalangan diaspora Indonesia.
Ada yang menginginkan isu diangkat secara luas, hingga ada yang berjaga-jaga membawa peralatan khusus sampai berupaya kembali latihan menembak.
Maryam Barokah telah memposting isu mengenai sentimen anti-Asia yang kian meningkat belakangan ini sejak Februari lalu.
Baca juga: Sentimen Anti-Asia Meningkat, Bagaimana Nasib WNI di AS?
Ia risau karena teman-temannya lebih peduli untuk memposting berita mengenai selebriti daripada membahas sentimen yang telah menimbulkan korban itu.
Pelajar kelas 8 di SMP Smart’s Mill itu tergerak untuk mengirim e-mail kepada kepala sekolahnya beberapa hari setelah insiden penembakan di kota Atlanta, di mana enam di antara delapan korban tewas adalah keturunan Asia.
Maryam antara lain menuliskan harapan agar sang kepala sekolah membantu meningkatkan kesadaran para siswa mengenai masalah itu.
Surat itu ditanggapi keesokan harinya dengan pengumuman yang disiarkan sekolah, berisikan penjelasan mengenai rasisme yang dialami warga Amerika keturunan Asia.
Sang kepala sekolah juga menegaskan janji untuk mengatasinya jika hal tersebut terjadi di lingkungan sekolahnya.
Maryam mengatakan semakin banyak pelajar, baik di sekolahnya sendiri maupun di SMP dan SMA di sekitarnya yang lebih tanggap terhadap sentimen anti-Asia. Termasuk di antaranya dengan memposting atau membahas isu terkait yang sedang terjadi di AS itu.
Tidak seperti di kota Leesburg, Virginia, tempat Maryam dan keluarganya tinggal, Kota New York mencatat laporan mengenai insiden anti-Asia yang termasuk tinggi.
Ini disampaikan Center of Hate and Extremism di California State University dalam laporannya mengenai insiden kebencian terhadap warga keturunan Asia di 16 kota besar di AS pada tahun 2019-2020.
Meski begitu, tidak semua warga kota New York menghadapi atau mengalami langsung insiden anti-Asia, seperti yang disampaikan oleh Christine Saragih, yang bermukim di sana sejak 2005.
Baca juga: Wanita Asia Babak Belur Ditendangi di New York, Warga Diam Saja dan Tutup Pintu
“Tetapi saya mendengar cerita dari tempat kerja saya mengenai orang yang kebetulan saya gantikan posisinya."
"Tahun lalu dia pernah didatangi seseorang yang mengatakan gara-gara Asian virus, kita harus mengalami pandemi ini. Sejak itu dia tidak mau datang bekerja lagi karena takut.”
Terlepas dari kekerasan fisik, Christine mengakui ia semakin merasakan dan melihat sendiri betapa orang-orang keturunan Asia sering diremehkan seperti warga kelas dua.