Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zulu Menanti Raja Baru Setelah Goodwill Zwelithini Dikebumikan

Kompas.com - 17/03/2021, 06:40 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

JOHANNESBURG, KOMPAS.com - Kelompok etnis terbesar di Afrika Selatan, Zulu, akan mengadakan upacara perpisahan untuk raja mereka, Goodwill Zwelithini, pada Kamis (18/3/2021).

Zwelithini telah setengah abad memimpin Zulu dan dikenal sebagai tokoh karismatik, tetapi juga kontroversial.

Ia yang menjadi raja terlama dalam sejarah etnis Zulu, meninggal pada Jumat (12/3/2021) setelah 50 tahun naik takhta.

Di bawah tradisi pemakamanan Zulu, raja yang mangkat harus di kebumikan oleh beberapa pria yang terpilih, seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (16/3/2021). 

Baca juga: Terungkap, Raja Zulu Goodwill Zwelithini Meninggal karena Covid-19

Sebuah acara yang oleh istana disebut sebagai "penanaman" jenazahnya dari pada penguburan.

Zulu terkenal dengan budayanya yang dinamis, terutama tarian perang kuno yang tak lekang oleh waktu dan memukau yang dibawakan dengan hentakan kaki yang ritmis.

Mendiang raja memancarkan citra seorang kepala suku tradisional, biasanya mengenakan penutup dada dari kulit macan tutul ponco dan memegang otoritas spiritual yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

Dia berbicara dengan para pemimpin politik yang kuat, dan tampil di depan umum bersama Nelson Mandela.

Baca juga: Raja Zulu Goodwill Zwelithini, yang Sarat Kontroversi, Dianggap Teman Sejati Israel

Dia juga mendapat kunjungan dari Presiden Cyril Ramaphosa dan mantan presiden Jacob Zuma, di mana mereka terlihat melakukan tarian perang Zulu yang mencekam, yang dikenal sebagai "umzansi."

Meskipun, dia tidak memiliki kekuasaan eksekutif di bawah sistem Afrika Selatan, dia masih memiliki pengaruh moral terhadap lebih dari 11 juta orang Zulu, hampir seperlima dari populasi negara itu.

Pada runtuhnya apartheid, para pemimpin tradisional diakui secara konstitusional dan mereka terus memainkan peran simbolis dan spiritual yang penting.

Mereka menasihati legislator dan memiliki suara dalam budaya, pengelolaan lahan dan administrasi peradilan di wilayah mereka. Raja Zulu tetap yang paling berpengaruh dari semua pemimpin tradisional ini.

Baca juga: Tradisi Tes Keperawanan dari Raja Zulu, Ratusan Gadis Menari Telanjang Dada

Penerus raja

Untuk saat ini, kerahasiaan menyelubungi identitas penerus raja Zwelithini.

Namun, biasanya raja adalah anak laki-laki tertua yang lahir dari istri tertua dari enam istrinya, dengan siapa dia menjadi ayah dari 28 anak.

Namun putra pertamanya, Pangeran Lethukuthula Zulu, tewas pada usia 50 November lalu di rumahnya di Johannesburg.

Ini adalah "faktor yang memperumit" bahwa orang yang kemungkinan besar akan menjadi raja yang "ditunjuk" sudah meninggal, kata Somadoda Fikeni, seorang ahli warisan budaya.

Sejarawan dan analis budaya Ntuli Pikita mengatakan bahwa istana akan menggunakan "cara yang sangat rumit" untuk memilih penerus, lingkaran dalamnya harus sudah tahu siapa raja berikutnya.

Baca juga: Raja Zulu, yang Membuat Gadis Perawan Menari Bertelanjang Dada, Meninggal di Usia 72 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com