Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Halangi Upaya Dewan Keamanan PBB Kecam Kudeta di Myanmar

Kompas.com - 03/02/2021, 13:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

NEW YORK, KOMPAS.com - China dilaporkan menghalangi upaya Dewan Keamanan PBB untuk memberi kecaman atas kudeta yang terjadi di Myanmar.

Kabar itu muncul setelah dewan menggelar pertemuan secara tertutup untuk membahas perkembangan di "Negeri Seribu Pagoda".

Pada Senin (1/2/2021), Tatmadaw atau militer Myanmar melakukan kudeta dengan menangkap sejumlah pemimpin sipil.

Baca juga: Gelombang Protes Anti-kudeta Mulai Bergema di Kota Terbesar Myanmar

Di antara pemimpin yang ditangkap adalah Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan petinggi Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) lainnya.

Tatmadaw kemudian membentuk pemerintahan sementara, dengan Jenderal Senior Min Aung Hlaing mendapat mandat tertinggi.

Di kota besar seperti Yangon, tanda-tanda masyarakat tidak akan mematuhi Tatmadaw dan bakal melawan mulai terlihat.

Dalam pertemuan tertutup, Dewan Keamanan PBB gagal mengeluarkan pernyataan gabungan karena China menggunakan hak vetonya.

Sebuah pernyataan gabungan membutuhkan dukungan dari "Negeri Panda", yang saat ini merupakan anggota tetap DK PBB.

Sebelumnya, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner mengecam manuver yang dilakukan oleh Tatmadaw.

Baca juga: AS Nilai Militer Myanmar Lakukan Kudeta, Berniat Hentikan Bantuan

Schraner mengatakan. angkatan bersenjata jelas tidak bisa menerima fakta mereka kalah dalam dalam pemilu 8 November 2020.

"Sudah jelas hasil dari pemilu lalu adalah kemenangan besar bagi partai Aung San Suu Kyi," papar Schraner.

Kenapa China halangi kecaman Dewan Keamanan PBB?

Pakar Myanmar National University of Singapore Elliott Prasse-Freeman menyatakan, Beijing nampaknya memberi dukungan diam-diam.

"Mereka nampaknya berusaha menempatkan bahwa masalah ini adalah isu internal Myanmar, dan kita hanya menyaksikan 'reshuffle kabinet'," papar Prasse-Freeman.

Dilansir BBC Rabu (3/2/2021), dia menjelaskan meski tidak mempunyai dampak signifikan, pernyataan DK PBB bisa menyatukan tanggapan dunia.

Baca juga: Guru yang Aerobik Pakai Lagu Ampun Bang Jago Mengaku Tak Lecehkan Militer Myanmar

Sebastian Strangio, editor di The Diplomat menerangkan, langkah China sejalan sikap skeptisnya terkait intervensi internasional.

"Negeri Panda" sebelumnya sudah memeringatkan, tekanan maupun sanksi dunia hanya akan memperburuk negara di Asia Tenggara tersebut.

Meski menghalangi upaya Barat menghukum Naypyidaw, Strangio berujar bukan berarti mereka senang dengan adanya kudeta.

Menurut Strangio, selama ini Beijing sudah berinvestasi banyak untuk membangun relasi bagus dengan pemerintahan Aung San Suu Kyi.

"Karena itu, kembalinya militer berarti China harus berurusan dengan institusi yang paling curiga dengan niat mereka," paparnya.

Baca juga: Khawatir Nasib Rohingya dalam Kudeta Myanmar, DK PBB Bakal Bertemu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com