Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Ribu Petani India Kendarai Traktor Serbu Ibu Kota untuk Memprotes Modi

Kompas.com - 27/01/2021, 09:50 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com - Puluhan ribu petani yang marah memprotes pemerintahan India yang dikuasai Perdana Menteri Narendra Modi pada Selasa (26/1/2021). 

Melansir Associated Press (AP), mereka mengendarai traktor sehingga membentuk antrean panjang ke ibu kota India.

Mereka menerobos barikade polisi, menerjang gas air mata dan menyerbu Benteng Merah bersejarah saat negara itu merayakan Hari Republik.

Para petani mengibarkan bendera serikat petani dan agama Sikh di puncak benteng, tempat perdana menteri India setiap tahunnya mengibarkan bendera nasional untuk menandai kemerdekaan negara.

Peristiwa itu disiarkan langsung oleh ratusan kanal berita di India. Orang-orang terkejut menyaksikan protes besar para petani itu yang dipandang sebagai tantangan besar bagi pemerintahan Modi.

Ribuan petani berjalan kaki atau menunggang kuda sambil meneriakkan slogan-slogan menentang Modi.

Di beberapa tempat, mereka dihujani kelopak bunga oleh warga yang merekam protes yang belum pernah terjadi sebelumnya itu di ponsel-ponsel mereka.

Polisi anti huru hara menembakkan gas air mata dan meriam air serta mendirikan barikade untuk mencegah para pemrotes mencapai pusat kota New Delhi, tetapi para demonstran berhasil menerobos di banyak tempat.

Orang-orang terkejut saat menyaksikan massa mengambil alih benteng, yang dibangun pada abad ke-17 dan berfungsi sebagai istana para kaisar Mughal.

Para pedemo, beberapa membawa pedang pora, tongkat dan tali sehingga membuat polisi kewalahan.

Baca juga: Petani India: Bertekad Tolak UU Reformasi Pertanian, Menang atau Mati

Apa yang diprotes para petani?

Sikh mengibarkan Nishan Sahib, bendera agama Sikh, di menara monumen bersejarah Benteng Merah di New Delhi, India, Selasa, 26 Januari 2021. Puluhan ribu petani yang memprotes mengendarai traktor panjang ke ibu kota India pada hari Selasa , menerobos barikade polisi, melawan gas air mata, dan menyerbu Benteng Merah yang bersejarah saat negara itu merayakan Hari Republik.AP/DINESH JOSHI Sikh mengibarkan Nishan Sahib, bendera agama Sikh, di menara monumen bersejarah Benteng Merah di New Delhi, India, Selasa, 26 Januari 2021. Puluhan ribu petani yang memprotes mengendarai traktor panjang ke ibu kota India pada hari Selasa , menerobos barikade polisi, melawan gas air mata, dan menyerbu Benteng Merah yang bersejarah saat negara itu merayakan Hari Republik.

Selama hampir 2 bulan terakhir, para petani telah melakukan protes yang sebagian besar damai.

Protes damai itu menuntut pencabutan Undang-Undang baru yang menurut mereka dan akan menguntungkan perusahaan pertanian besar.

Hal itu dianggap para petani akan menghancurkan pendapatan para petani skala kecil.

UU yang kontroversial telah membuat para petani yang dianggap 'jantung dan jiwa' India semakin benci terhadap pemerintah karena kerap diabaikan.

Protes mereka semakin menguat dan mengguncang pemerintah karena membentuk blok suara paling berpengaruh di India dan juga penting bagi perekonomian.

“Kami ingin menunjukkan kekuatan kami kepada Modi,” kata Satpal Singh, seorang petani yang mengendarai traktor ke ibu kota bersama lima anggota keluarganya. "Kami tidak akan menyerah."

Para pemimpin petani mengatakan lebih dari 10.000 traktor dikendarai selama protes, dan ribuan orang lebih berjalan kaki atau menunggang kuda sambil meneriakkan slogan-slogan menentang Modi.

Polisi mengatakan seorang pedemo tewas setelah traktornya terbalik, tetapi para petani mengatakan bahwa pedemo itu ditembak. Beberapa pemrotes berlumuran darah dan terlihat di tayangan televisi.

Banyak dari para petani berasal dari kalangan Sikh, dari negara bagian Punjab dan Haryana, mereka mencoba berdemonstrasi ke New Delhi pada November tetapi dihentikan oleh polisi.

Sejak itu, tidak terpengaruh oleh musim dingin yang dingin dan hujan yang sering turun, mereka bersembunyi di tepi kota dan mengancam akan mengepung jika UU baru pertanian tidak dicabut.

“Kami akan melakukan apa yang kami inginkan. Anda tidak bisa memaksakan hukum Anda pada orang miskin," kata Manjeet Singh, seorang petani yang memprotes.

Pemerintah bersikeras bahwa UU reformasi pertanian yang disahkan oleh Parlemen pada bulan September tahun lalu akan menguntungkan petani dan meningkatkan produksi melalui investasi swasta.

Tetapi para petani khawatir hal itu akan meninggalkan rakyat kecil di belakang ketika perusahaan besar menang.

Pemerintah telah menawarkan untuk mengubah UU dan menangguhkan penerapannya selama 18 bulan.

Tetapi para petani bersikeras bahwa mereka hanya akan menerima pencabutan total UU dan berencana untuk berjalan kaki ke Parlemen pada 1 Februari.

Petani adalah kalangan terbaru yang merusak citra Modi tentang dominasi yang tak tergoyahkan dalam politik India.

Sejak kembali berkuasa untuk masa jabatan kedua, pemerintahan Modi diguncang oleh beberapa permasalahan.

Ekonomi merosot, perselisihan sosial meluas, protes juga meletus terhadap UU yang beberapa dianggap diskriminatif. Pemerintahannya pun telah ditanyai atas respons mereka terhadap pandemi virus corona.

Baca juga: Petani di India Bersikeras Tolak UU Pertanian, Ancam Penuhi New Delhi dengan Traktor

Pihak Modi sendiri selalu menganggap ketakutan para petani sebagai sesuatu yang tidak berdasar dan berulang kali menuduh partai oposisi telah membuat marah mereka dengan menyebarkan rumor.

Protes itu membayangi perayaan Hari Republik, di mana Modi mengawasi parade tradisional mewah di sepanjang jalan raya Rajpath yang menampilkan kekuatan militer negara dan keragaman budaya.

Tentara pasukan paramiliter India berbaris melalui jalan raya Rajpath selama perayaan Hari Republik India di New Delhi, India, Selasa, 26 Januari 2021. Hari Republik menandai peringatan adopsi konstitusi negara itu pada 26 Januari 1950.AP/MANISH SWARUP Tentara pasukan paramiliter India berbaris melalui jalan raya Rajpath selama perayaan Hari Republik India di New Delhi, India, Selasa, 26 Januari 2021. Hari Republik menandai peringatan adopsi konstitusi negara itu pada 26 Januari 1950.
Pihak berwenang menutup beberapa stasiun kereta metro, dan layanan internet seluler pun ditangguhkan di beberapa bagian ibu kota. Sebuah taktik yang sering dilakukan pemerintah untuk menggagalkan protes.

Karena pandemi, parade Hari Republik sedikit dihadiri orang dengan kebanyakan yang hadir mengenakan masker dan mematuhi jarak sosial ketika polisi dan batalyon militer berbaris di sepanjang rute memamerkan peralatan terbaru mereka.

Hari Republik India adalah peringatan adopsi konstitusi negara pada 26 Januari 1950.

Kembali pada protes para petani, polisi mengatakan para petani yang memprotes memisahkan diri dari rute protes yang diizinkan menggunakan "kekerasan dan vandalisme."

Kelompok yang mengorganisir protes, Samyukt Kisan Morcha, atau Front Persatuan Tani, menyalahkan para petani yang melakukan vandalisme pada "elemen anti-sosial" yang "menyusup ke gerakan yang damai."

Baca juga: Ribuan Petani di India Bangkit Melawan PM Narendra Modi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Global
Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Global
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com