Pada 6 Januari 1759, Martha Dandridge Custis menikah dengan George Washington di rumahnya, Gedung Putih, di New Kent County.
Pada saat mereka menikah, dia baru berusia 27 tahun, memiliki hampir 300 orang yang diperbudak dan memiliki lebih dari 17.500 hektar tanah, bernilai lebih dari 40.000 poundsterling.
Ketika Washington menyadari bahwa tindakannya akan menjadi preseden bagi presiden masa depan, Martha pun sadar bahwa perilakunya sebagai ibu negara akan menjadi contoh bagi para istri calon kepala eksekutif.
Salah satu langkah terpentingnya adalah memulai resepsi mingguan, yang diadakan pada Jumat malam, bagi siapa saja yang ingin hadir.
Pada pertemuan ini, anggota Kongres, pejabat yang berkunjung, serta pria dan wanita dari masyarakat setempat diterima di rumah presiden.
Setelah disajikan kepada Washington, mereka menikmati minuman, mengobrol, dan berbaur.
Meskipun sebagian besar tamu memanggil Martha sebagai "Lady Washington," beberapa menyebutnya sebagai "ibu presiden kita".
Di bawah ketentuan surat wasiatnya, George Washington menyatakan bahwa budak-budak yang dimilikinya secara langsung, terpisah dari budak mahar yang akan dibagikan di antara ahli waris Custis, akan mendapatkan kebebasan mereka setelah kematian istrinya.
Ada ketakutan para budak itu bisa memberontak dan membunuh Martha untuk mendapatkan kebebasan mereka.
Desas-desus beredar tentang kebakaran yang mencurigakan di Gunung Vernon yang mungkin disebabkan oleh budak.
Khawatir akan nyawanya, Martha, atas desakan kerabat, memutuskan untuk membebaskan budak suaminya yang sudah meninggal lebih awal.
Pada 1 Januari 1801, lebih dari setahun setelah kematian George, budak Washington memperoleh kebebasan mereka.
Kesehatan Martha menurun drastis setelah meninggalnya George Washington.
Hanya 2,6 tahun setelah suaminya dan keluarga besarnya meninggal, Martha Washington menyusul pada 22 Mei 1802.
Kematian Martha membuat ahli waris Custis menjadi lebih kaya. Masing-masing dari 4 cucu Martha menerima sejumlah besar tanah dan uang yang mereka simpan selama bertahun-tahun.
Selain itu, masing-masing menerima bagian dari apa yang disebut "budak mahar," keturunan dari orang-orang yang diperbudak yang dulu dimiliki oleh suami pertama Martha, Daniel Parke Custis.
Pada 1831, makam Martha dipindahkan dari makam tua Gunung Vernon ke makam baru, jenazah Martha ditempatkan ke dalam sarkofagus marmer yang berada di dekat makam suaminya di Gunung Vernon hingga hari ini.
Baca juga: Perempuan Berdaya: Vigdis Finnbogadottir, Presiden Wanita Pertama di Dunia yang Dipilih Nasional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.