Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Tertua di Benua Amerika Terancam Musnah akibat Virus Corona

Kompas.com - 19/01/2021, 21:59 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

CARAL, KOMPAS.com - Setelah bertahan selama 5.000 tahun, Caral kota tertua di benua Amerika kini terancam musnah akibat efek pandemi virus corona.

Situs arkeologi yang steril dari peradaban manusia modern itu sekarang mulai dirambah warga sekitar.

Mereka mengeklaim, pandemi virus corna membuat tak ada pilihan lain selain menduduki kota sakral itu.

Baca juga: Inji, Orangutan Tertua di Dunia, Disuntik Mati di Kebun Binatang Oregon, AS

Ruth Shady arkeolog yang menemukan situs Caral di Peru, bahkan mendapat ancaman pembunuhan jika tidak melepas penelitiannya di sana.

Para arkeolog mengatakan ke tim AFP yang mengunjungi Caral, bahwa invasi dan penghancuran liar dimulai pada Maret ketika pandemi Covid-19 berujung pada lockdown nasional.

"Ada orang-orang yang datang merusak situs ini, yang adalah properti negara, dan mereka memanfaatkannya untuk bercocok tanam," kata arkeolog Daniel Mayta kepada AFP.

"Ini sangat berbahaya, karena mereka menghancurkan warisan budaya berusia 5.000 tahun."

Baca juga: Coklat Tertua di Dunia Ditemukan Masih Utuh, Diduga Pesanan Ratu Inggris

Bentuk salah satu amfiteater di kompleks arkeologi Caral di Supe, Peru, pada 13 Januari 2021. Pandemi virus corona mengancam kelangsungan peninggalan kota tertua di benua Amerika berusia 5.000 tahun ini, karena mulai dijamah warga sekitar.AFP PHOTO/ERNESTO BENAVIDES Bentuk salah satu amfiteater di kompleks arkeologi Caral di Supe, Peru, pada 13 Januari 2021. Pandemi virus corona mengancam kelangsungan peninggalan kota tertua di benua Amerika berusia 5.000 tahun ini, karena mulai dijamah warga sekitar.
Caral berlokasi di lembah sungai Supe, sekitar 182 kilometer di utara ibu kota Lima.

Kota ini berkembang antara 3.000-1.800 SM di gurun yang gersang. Caral adalah tempat lahirnya peradaban di Amerika.

Orang-orangnya sezaman dengan Firaun di Mesir dan peradaban Mesopotamia.

Bahkan peradaban Caral lebih dulu eksis dibandingkan Kerajaan Inca yang jauh lebih terkenal pada abad ke-45.

Namun warga tidak peduli dengan fakta-fakta itu. Mereka mengambil alih 10 hektar situs arkeologi Chupacigarro untuk menanam alpukat, buah-buahan, dan kacang.

Mereka memanfaatkan minimnya pengawasan polisi selama 107 hari lockdown nasional.

Baca juga: Profil Joe Biden: Presiden AS Tertua, setelah 3 Dekade Mencalonkan Diri

"Keluarga-keluarga itu tidak mau pergi," kata Mayta (36).

"Kami sudah menjelaskan ke mereka bahwa ini Situs Warisan Dunia UNESCO dan yang mereka lakukan pelanggaran berat bisa membuat masuk penjara."

Caral dimasukkan ke situs Warisan Dunia UNESCO pada 2009. Luasnya 66 hektar dan didominasi 7 piramida batu yang tampak menyala saat disinari matahari.

Peradaban Caral diyakni berjalan damai, dengan bukti tak ada penemuan senjata maupun benteng.

Situs ini sempat ditutup karena pandemi dan dibuka lagi pada Oktober dengan harga tiket 3 dollar AS (Rp 42.000).

Selama lockdown, beberapa peninggalan arkeologi dijarah dari Caral. Pada Juli polisi menangkap 2 orang karena merusak sebagian situs yang berisi mumi dan keramik.

Baca juga: Kakek 103 Tahun Jadi Skydiver Tertua di Dunia

Arkeolog diancam mati

Turis berjalan di depan tangga salah satu piramida situs arkeologi Caral di Supe, Peru, pada 23 Oktober 2009. Caral adalah kota tertua di benua Amerika yang diperkirakan berusia 5.000 tahun.AFP PHOTO/ERNESTO BENAVIDES Turis berjalan di depan tangga salah satu piramida situs arkeologi Caral di Supe, Peru, pada 23 Oktober 2009. Caral adalah kota tertua di benua Amerika yang diperkirakan berusia 5.000 tahun.
Ruth Shady adalah direktur zona arkeologi Caral dan sudah menelitinya sejak 1996 saat penggalian dimulai.

Dia mengatakan, para tuan tanah yang menempati tanah negara atau tanah ilegal yang dijual demi keuntungan pribadi, berada di balik invasi itu.

"Kami diancam orang-orang yang memanfaatkan kondisi pandemi untuk menduduki situs arkeologi untuk mendirikan tenda-tenda dan mengolah lahan dengan mesin... menghancurkan semua yang mereka lihat," kata Shady.

"Suatu hari mereka menelepon pengacara kami, dan berkata kepadanya mereka akan membunuhnya bersama kami dan mengubur kami lima meter di bawah tanah (jika tidak menghentikan penelitian)."

Baca juga: Dari Flu Spanyol sampai Covid-19, Bagaimana Cara 8 Restoran Tertua di New York Ini Bertahan?

Shady (74) menghabiskan 25 tahun di Caral untuk coba menghidupkan kembali sejarah sosial dan warisan peradaban. Salah satunya teknik konstruksi yang digunakan untuk menahan gempa bumi.

"Struktur ini berusia sampai 5.000 tahun tetap stabil sampai sekarang, dan para insinyur dari Peru dan Jepang akan menerapkan teknologi itu," terang Shady.

Penduduk Caral tahu betul mereka hidup di atas wilayah seismik.

Bangunan mereka ditopang batu-batuan di dasarnya yang menjaga pergerakan tanah, dan mencegah konstruksi ambruk.

Shady kini tinggal di Lima dengan perlindungan usai mendapat ancaman mati.

Wanita itu pekan lalu diberi Order of Merit oleh pemerintah atas pengabdiannya kepada bangsa.

"Kami melakukan apa yang kami bisa untuk memastikan baik kesehatan maupun nyawa Anda tidak terancam karena efek ancaman yang Anda terima," ujar Presiden Peru Francisco Sagasti pada seremoni tersebut.

Baca juga: Berusia 93 Tahun dan Hampir 5 Bulan, Paus Benediktus XVI Jadi Paus Tertua dalam Sejarah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com