Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Akan Izinkan Dosis Kedua Vaksin Covid-19 Beda Merek, Begini Ketentuannya

Kompas.com - 04/01/2021, 17:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com - Inggris akan mengizinkan orang untuk diberikan suntikan vaksin Covid-19 yang berbeda dalam kondisi khusus. Padahal bukti tentang tingkat kekebalan yang ditawarkan dengan mencampurkan dosis masih kurang.

Melansir Reuters Minggu (3/1/2021), menyimpang dari strategi lain secara global, pemerintah Inggris mengatakan orang-orang dapat diberikan kombinasi dua suntikan Covid-19, misalnya jika dosis vaksin yang sama habis. 

"(Jika) vaksin yang sama tidak tersedia, atau jika produk pertama yang diterima tidak diketahui, masuk akal untuk menawarkan satu dosis produk yang tersedia secara lokal untuk melengkapi jadwalnya," menurut pedoman yang diterbitkan pada malam Tahun Baru itu.

Mary Ramsay, kepala imunisasi di Public Health England, mengatakan ini hanya akan terjadi pada kesempatan yang sangat jarang. Pemerintah tidak merekomendasikan pencampuran vaksin, yang memerlukan setidaknya dua dosis yang diberikan dalam beberapa minggu.

Baca juga: Kelebihan Stok Vaksin Covid-19, RS di California Berikan ke Keluarga Pegawai

"Setiap upaya harus dilakukan untuk memberi mereka vaksin yang sama. Tetapi jika tidak memungkinkan, lebih baik memberikan dosis kedua dari vaksin lain daripada tidak sama sekali," katanya.

Covid-19 telah menewaskan lebih dari 74.000 orang di Inggris, jumlah kematian tertinggi kedua di Eropa.

Pejabat kesehatan berlomba memberikan dosis untuk membantu mengakhiri pandemi karena kekhawatiran mulai tumbuh bahwa layanan kesehatan mungkin akan kewalahan.

Awal pekan ini, pemerintah mengaktifkan kembali rumah sakit darurat yang dibangun pada awal wabah, saat bangsal dipenuhi dengan pasien Covid-19.

Inggris telah berada di garis depan dalam menyetujui penggunaan darurat vaksin virus corona baru. Negara ini menjadi yang pertama memberikan otorisasi darurat kepada Pfizer/BioNTech dan vaksin AstraZeneca / Universitas Oxford bulan lalu.

Baca juga: Fase Pertama, Pekerja Medis di India akan Terima Vaksin Covid-19 Gratis

Kedua vaksin dimaksudkan untuk diberikan sebagai dua suntikan, diberikan dalam selang beberapa minggu. Tetapi tidak dirancang untuk dicampur bersama.

Pedoman baru pemerintah menyatakan "tidak ada bukti tentang pertukaran vaksin Covid-19 meskipun penelitian sedang dilakukan".

Namun, nasihat tersebut mengatakan bahwa meskipun segala upaya harus dilakukan untuk melengkapi dosis dengan vaksin yang sama, jika pasien berada pada "risiko tinggi segera" atau dianggap "tidak mungkin mendapatkannya lagi”, mereka dapat diberikan vaksin yang berbeda.

Inggris memicu kontroversi awal pekan ini dengan mengumumkan rencana untuk menunda pemberian suntikan penguat vaksin virus corona.

Baca juga: WHO Umumkan Vaksin Covid-19 Pertama Resmi Dapat Izin Penggunaan Darurat, dari Perusahaan Mana?

Langkah itu disebut dilakukan dalam upaya untuk memastikan lebih banyak orang dapat diberikan perlindungan yang lebih terbatas melalui satu dosis vaksin terlebih dulu.

Pakar penyakit menular AS, Anthony Fauci, mengatakan pada Jumat bahwa dia tidak setuju dengan pendekatan Inggris untuk menunda dosis kedua hingga 12 minggu.

"Saya tidak akan mendukung itu," katanya kepada CNN. "Kami akan terus melakukan apa yang kami lakukan (dosis tepat waktu)."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com