Pada 2 Juli sebuah ledakan mengguncang pabrik pengayaan uranium Iran di Natanz.
Pihak berwenang awalnya menyebut itu kecelakaan, tetapi beberapa minggu kemudian mengatakan insiden tersebut adalah sabotase.
Serangkaian tembakan dan ledakan menghantam situs-situs militer dan sipil di Iran selama beberapa bulan.
Pada 27 November, salah satu ilmuwan nuklir top Iran, Mohsen Fakhrizadeh, tewas saat mobilnya diserang di luar Teheran.
Iran menuduh Israel yang merancang serangan itu, tetapi Israel membantahnya.
Sebab pada 2018 PM Israel Benjamin Netanyahu pernah menuduh Fakhrizadeh adalah kepala program senjata nuklir rahasia. Iran pun menampik tuduhan itu.
Baca juga: Ilmuwan Nuklir Iran Ditembak Mati dengan Senapan yang Dikendalikan Satelit
Pada 20 Desember sebuah roket menghantam kawasan dekat Kedutaan Besar AS di Baghdad.
Itu adalah serangan ketiga terhadap militer AS dan situs diplomatik, sejak gencatan senjata diumumkan oleh faksi garis keras Irak pada Oktober.
Pada 24 Desember, Iran memperingatkan Trump atas segala sesuatu yang diperbuatnya sebelum dia angkat kaki dari Gedung Putih pada Januari.
Pasalnya, Trump menuduh Teheran yang berada di balik serangan dekat Kedubes AS, dan akan meminta Iran bertanggung jawab atas setiap serangan fatal terhadap Amerika di Irak.
Baca juga: Gedung Kedubes AS di Irak Lagi-lagi Diserang Roket, Ulama Syiah Desak Umumkan Keadaan Darurat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.