Jenderal kelahiran 11 Maret 1957 ini berhasil menancapkan pengaruh Iran di Irak dengan memberi dukungan material dan keuangan kepada milisi Syiah, yang akhirnya bersatu sebagai Unit Mobilisasi Populer.
Baca juga: AS Sudah Bersiap jika Iran Membalas Kematian Jenderal Qasem Soleimani
Kemudian di Suriah, pasukannya membantu tentara rezim melawan pemberontak dan menumbangkan Sunni.
"Strateginya dibangun dengan gagasan memperluas pertahanan, yang akan mendorong jauh ancaman dari perbatasan Iran," ujar Sanam Vakil wakil kepala program Timur Tengah dan Afrika Utara Chatham House, kepada DW.
"Dia membangun hubungan yang kuat dengan Hezbollah di Lebanon dan kelompok- kelompok milisi di Irak," lanjutnya.
Sementara itu Letnan Jenderal Mark Hetling selaku analis terorisme, intelijen, dan keamanan nasional berkata ke CNN, Qasem Soleimani adalah pria karismatik, tenang, dan jenius.
"Melihat dia dari sudut pandang musuh, dipandang akan menciptakan banyak kecemasan di dunia," ujarnya.
Baca juga: Iran Akan Produksi Film Tentang Mendiang Jenderal Top Qasem Soleimani
Tewasnya Qasem Soleimani melemahkan pengaruh regional Iran terutama di Suriah, kata Hassan Hassan analis veteran Timur Tengah dan penulis ISIS: Army of Terror.
"Peluang Iran di Suriah jauh lebih besar jika digabungkan dengan konsolidasi di Irak dan Lebanon," ujar Hassan dalam twitnya.
"Kami melihat sekilas tentang apa yang bisa atau ingin dilakukan Iran akhir-akhir ini. Kemampuannya merebut Suriah kini melemah."
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran: Kami Tak Akan Pernah Lupa AS Bunuh Jenderal Qasem Soleimani
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.