Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Profil Qasem Soleimani, Jenderal yang Kematiannya Melemahkan Iran

Serangan yang diperintahkan Presiden AS Donald Trump itu terjadi di dekat bandara internasional Baghdad pada Jumat (3/1/2020).

Semasa hidupnya, Qasem Soleimani memimpin pasukan elite Quds dari Garda Revolusi Iran, yang bertugas sebagai unit operasi luar negeri di negara Republik Islam tersebut.

Meski sosoknya sangat krusial, tetapi profil Qasem Soleimani tidak banyak diketahui orang sebelum tahun 2010-an.

"Soleimani adalah salah satu yang terkuat di Timur Tengah saat ini, dan tidak ada yang pernah mendengar tentang dia," kata seorang mantan perwira CIA di Irak, kepada majalah The New Yorker pada 2013.

Namun AS menganggapnya sebagai pembunuh kejam, dan pasukan yang dipimpinnya disebut teroris.

Dikutip dari CNN Pentagon mengatakan, Soleimani dan pasukannya bertanggung jawab atas tewasnya ratusan orang Amerika dan pasukan koalisi, serta melukai ribuan lainnya.

Profil Qasem Soleimani

Dilansir dari DW, Qasem Soleimani bergabung dengan Garda Revolusi pada 1979 ketika Ayatollah Ali Khamenei pulang ke Iran, dan memicu jatuhnya Syiah dalam peristiwa yang dikenal sebagai Revolusi Islam.

Ayah dua anak itu berhasil melewati perang brutal Iran vs Irak selama 1980-an dengan selamat, dan akhirnya diserahi jabatan untuk memegang kendali Pasukan Quds tahun 1990-an.

Namun pamornya tidak langsung meningkat. Dia baru dikenal luas sejak invasi yang dipimpin AS ke Irak pada 2003.

Jenderal Qasem Soleimani juga turut berkontribusi pada taktik Hezbollah saat perang 2006 melawan Israel, dan mengamankan perjanjian gencatan senjata antara tentara Madhi dan militer Irak pada 2008.

Para petinggi "Negeri Paman Sam" menggambarkan Qasem Soleimani sebagai pemimpin penting dari ambisi Iran di wilayah tersebut.

Menurut mantan direktur CIA David Petreaus, Soleimani pernah bilang kepadanya, "Jenderal Petreaus, Anda harus tahu bahwa saya, Qasem Soleimani, mengontrol kebijakan untuk Iran terkait Irak, Lebanon, Gaza, dan Afghanistan."

Soleimani juga termasuk tokoh sentral dalam mengamankan pijakan Iran di seluruh kawasan itu.

Jenderal kelahiran 11 Maret 1957 ini berhasil menancapkan pengaruh Iran di Irak dengan memberi dukungan material dan keuangan kepada milisi Syiah, yang akhirnya bersatu sebagai Unit Mobilisasi Populer.

Kemudian di Suriah, pasukannya membantu tentara rezim melawan pemberontak dan menumbangkan Sunni.

"Strateginya dibangun dengan gagasan memperluas pertahanan, yang akan mendorong jauh ancaman dari perbatasan Iran," ujar Sanam Vakil wakil kepala program Timur Tengah dan Afrika Utara Chatham House, kepada DW.

"Dia membangun hubungan yang kuat dengan Hezbollah di Lebanon dan kelompok- kelompok milisi di Irak," lanjutnya.

Sementara itu Letnan Jenderal Mark Hetling selaku analis terorisme, intelijen, dan keamanan nasional berkata ke CNN, Qasem Soleimani adalah pria karismatik, tenang, dan jenius.

"Melihat dia dari sudut pandang musuh, dipandang akan menciptakan banyak kecemasan di dunia," ujarnya.

Kematian yang melemahkan Iran

Tewasnya Qasem Soleimani melemahkan pengaruh regional Iran terutama di Suriah, kata Hassan Hassan analis veteran Timur Tengah dan penulis ISIS: Army of Terror.

"Peluang Iran di Suriah jauh lebih besar jika digabungkan dengan konsolidasi di Irak dan Lebanon," ujar Hassan dalam twitnya.

"Kami melihat sekilas tentang apa yang bisa atau ingin dilakukan Iran akhir-akhir ini. Kemampuannya merebut Suriah kini melemah."

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/03/110204870/profil-qasem-soleimani-jenderal-yang-kematiannya-melemahkan-iran

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke