Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Pria Culik, Perkosa, dan Bunuh Gadis 6 Tahun Etnis Minoritas Myanmar, Dituntut Hukuman Mati

Kompas.com - 23/12/2020, 23:55 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

YANGON, KOMPAS.com - Seorang pria 30 tahun menculik, memperkosa, dan membunuh gadis 6 tahun, dituntut hukuman mati oleh kelompok etnis minoritas pemberontak di Myanmar.

Pria itu juga telah melempar tubuh gadis di bawah umur tersebut ke tebing, setelah melakukan penyerangan sadis.

Seorang anggota kelompok etnis minoritas di Myanmar, yang disebut Partai Kemajuan Negara Bagian Shan, pada Rabu (23/12/2020), mengatakan hukuman mati adalah "satu-satunya pilihan" untuk pelaku itu.

Baca juga: Wanita Ini Menangkan Hukum Lawan 3 Tentara Myanmar Pemerkosanya

Negara Bagian Shan adalah rumah bagi beberapa kelompok etnis bersenjata yang diizinkan otonomi tidak resmi dalam perjanjian dengan militer Myanmar.

Wilayah Myanmar ini merupakan bagian dari "segitiga emas", termasuk Thailand dan Laos.

Wilayah itu dikenal sebagai negara tanpa hukum, serta tempat produksi heroin dan sabu dalam jumlah besar di dunia.

Baca juga: 2 Tentara Myanmar Mengaku menjadi Pelaku Pembantaian Rohingya 2017

"Ini adalah pelajaran untuk diberikan kepada orang-orang, agar mereka tidak melakukan kejahatan yang sama di masa depan," kata juru bicara kelompok tersebut, Sai Than Aung.

"Orang tua gadis itu menuntut kami memberinya hukuman mati, seperti yang dia lakukan pada putri mereka," lanjutnya seperti yang dilansir dari AFP pada Rabu (23/12/2020).

Pengacara yang berbasis di Yangon dan aktivis hak perempuan Hla Hla Yee mengatakan kejahatan itu menjijikkan, tetapi mengatakan hukuman mati adalah hukuman yang berat.

Baca juga: Oknum Militer Myanmar Bunuh Wanita tak Bersenjata, Warga Karen Tuntut Militer Pergi

"Ada ruang lingkup dengan hukuman mati yang dapat diberikan kepada orang yang tidak bersalah dan ketidakadilan dapat dilakukan," katanya.

Organisasi non-pemerintah mengatakan pemerkosaan anak adalah hal biasa di Myanmar, dan Hla Hla Yee menyerukan peningkatan program perlindungan anak dan pendidikan seks.

Apalagi maraknya pornografi online yang udah diakses.

Baca juga: Tentara Myanmar Buka-bukaan soal Genosida Rohingya: Tembak Semua dan Perkosa

"Orang-orang di sini tidak memiliki pengetahuan pendidikan seks, jadi mereka menargetkan anak-anak di sekitar mereka," katanya, memperingatkan bahwa kasus pemerkosaan anak meningkat.

Kelompok etnis yang terpinggirkan menguasai sekitar sepertiga dari wilayah Myanmar.

Sebagian negara bagian Shan dikendalikan oleh kelompok etnis bersenjata dan administrasi sipil dan hukumnya berada di luar yurisdiksi pemerintah pusat.

Baca juga: Militer Myanmar Bantah Pengakuan 2 Tentara tentang Rencana Pemusnahan Muslim Rohingya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Global
Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Global
Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Global
Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com