Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dataran Tinggi Tibet Ternyata Pernah Punya Hutan Subtropis, Ini Buktinya...

Kompas.com - 08/12/2020, 20:09 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Sumber Xinhua

KUNMING, KOMPAS.com - Sejumlah ahli paleontologi China menemukan bahwa hutan subtropis pernah ada di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet sekitar 47 juta tahun lalu, demikian menurut sebuah makalah yang dipublikasikan pada Selasa (8/12/2020).

Kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan sejumlah besar fosil yang ditemukan di Cekungan Baingoin di ketinggian hampir 5.000 meter dalam ekspedisi ilmiah komprehensif kedua ke dataran tinggi itu.

Tim gabungan dari Kebun Raya Tropis Xishuangbanna (Xishuangbanna Tropical Botanical Garden/XTBG) dan Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi, yang sama-sama berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China, melakukan penelitian terhadap fosil-fosil itu.

Baca juga: Di Shanghai Bakal Ada Sawah yang Digarap Tanpa Petani, Kok Bisa?

Dengan menggabungkan temuan dan model, tim tersebut mereplikasi iklim dan ketinggian yang dapat ditemukan 47 juta tahun lalu, dan mengungkap bahwa bagian tengah dari dataran tinggi itu memiliki ketinggian hanya 1.500 meter dan suhu rata-rata tahunan 19 derajat Celsius, kata Su Tao, peneliti dari XTBG sekaligus penulis utama makalah tersebut.

"Lokasi itu tertutup hutan lebat serta kaya air dan rumput. Pantas jika tempat itu disebut sebagai 'Shangri-La' zaman kuno," imbuh Su.

Para peneliti juga menemukan lebih dari 70 fosil tumbuhan, yang sebagian besar berkaitan sangat erat dengan tumbuhan yang dapat ditemukan di kawasan subtropis atau tropis pada masa kini.

Baca juga: Desa Berusia 4.500 Tahun Ditemukan di China Utara

"Ini cukup untuk menunjukkan bahwa bagian tengah dari lokasi yang kini menjadi Dataran Tinggi Qinghai-Tibet yang sangat dingin itu dipenuhi tumbuhan subtropis 47 juta tahun yang lalu," papar Su.

Temuan tersebut menyajikan bukti baru untuk studi sejarah evolusioner keanekaragaman hayati dan evolusi sinergis dari topografi dan lanskap dataran tinggi itu, menurut Zhou Zhekun, penulis korespondensi artikel tersebut sekaligus peneliti dari XTBG.

Hasil dari penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal Amerika Serikat, Proceedings of the National Academy of Sciences.

Baca juga: Lumbung Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Mongolia Dalam

China meluncurkan ekspedisi ilmiah komprehensif kedua ke Dataran Tinggi Qinghai-Tibet pada Juni 2017, 40 tahun setelah yang pertama.

Berlangsung selama 5 sampai 10 tahun, ekspedisi tersebut akan melibatkan serangkaian penelitian yang berfokus pada gletser, keanekaragaman hayati, dan perubahan ekologis di dataran tinggi tersebut, serta akan memantau perubahan iklim.

Baca juga: Gadis 17 Tahun di China Tenggelam, 4 Polisi Hanya Berdiri dan Melihat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Presiden Ukraina Pecat Kepala Pengawalnya atas Rencana Pembunuhan

Presiden Ukraina Pecat Kepala Pengawalnya atas Rencana Pembunuhan

Global
Blinken: AS Menentang Pengusiran Warga Palestina dari Rafah

Blinken: AS Menentang Pengusiran Warga Palestina dari Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] Biden Menyesal Kirim Senjata ke Israel | Rangkuman Perang Rusia-Ukraina

[POPULER GLOBAL] Biden Menyesal Kirim Senjata ke Israel | Rangkuman Perang Rusia-Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com