LONDON, KOMPAS.com - Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) dan Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) mengeluarkan laporan bersama, yang mengklaim bahwa pelancong mancanegara berisiko lebih rendah menularkan kasus infeksi baru Covid-19 dibandingkan transmisi dalam populasi lokal.
Melansir The Independent, Sabtu (5/12/20) laporan tersebut mengklaim bahwa dalam situasi epidemiologi saat ini di semua negara Uni Eropa dan Inggris, kasus Covid-19 yang berasal dari pendatang luar negeri (imported cases) terbilang memiliki proporsi yang sangat kecil dari semua kasus yang terdeteksi, dan tidak secara signifikan meningkatkan laju penularan.
“Selain itu, langkah-langkah yang diterapkan dalam penerbangan kemungkinan menekan potensi penularan selama proses perjalanan udara,” seperti tertulis dalam laporan tersebut.
Saat ini, pengunjung ke Inggris sebagian besar dari negara yang memberlakukan aturan yang sama soal kasus virus corona. Mereka wajib mengisolasi diri selama dua minggu.
Adapun sejak akhir bulan lalu waktu karantina berkurang menjadi lima hari jika tes Covid-19 terbukti negatif.
Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai
Laporan tersebut mengatakan bahwa wisatawan tidak boleh dianggap sebagai populasi berisiko tinggi, atau diperlakukan sebagai orang yang berkontak dengan virus Covid-19. Kecuali mereka terbukti telah melakukan kontak yang diketahui dengan kasus positif yang terkonfirmasi.
"Dalam situasi epidemiologi saat ini, karantina atau pengujian sistematis (virus) untuk penumpang udara tidak diperlukan," ungkap penelitian itu.
Laporan juga menilai langkah-langkah penyaringan masuk, seperti pemeriksaan suhu dan kuesioner kesehatan tidak efektif. Namun, pernyataan Formulir Pelacak Lokasi Penumpang (PLF) merupakan alat penting untuk memfasilitasi pelacakan yang cepat di negara tujuan.
Para penulis mengkritik tidak adanya konsensus tentang langkah-langkah perlindungan kesehatan.
"Kurangnya harmonisasi dan seringnya atau kadang tiba-tiba melakukan perubahan kebijakan nasional menyebabkan kebingungan dan menimbulkan keengganan untuk melakukan perjalanan," tulis mereka.
Baca juga: Cermati, Waktu Tepat Ganti Masker demi Cegah Infeksi Covid-19
Sebelumnya, laporan dari lembaga tersebut menyatakan bahwa industri penerbangan mendorong penyebaran virus corona di Eropa.
Mereka mengatakan, pengenalan virus yang berkaitan dengan perjalanan dan penyebaran terkait pariwisata di UE/EEA dan Inggris berkontribusi besar pada penularan di seluruh dan di dalam negara selama fase awal pandemi Covid-19.
Namun pada minggu pertama November 2020 dikatakan, "Kasus dari pendatang luar negeri hanya menyumbang kurang dari satu persen dari total jumlah kasus, dengan sebagian besar kasus diperoleh secara lokal."
Seorang juru bicara Departemen Transportasi yang mengurusi skema karantina mengatakan: "Pemerintah sudah konsisten menjelaskan akan mengambil tindakan tegas jika perlu untuk membendung virus.
Tindakannya termasuk menghapus salah satu negara dari daftar koridor perjalanan dengan cepat jika risiko kesehatan masyarakat berisiko. Jumlah orang yang masuk ke negara yang berisiko. tertentu tanpa mengisolasi diri menjadi terlalu tinggi.
“Sepanjang wabah, semua keputusan kami berdasarkan bukti ilmiah terbaik. Setiap bukti yang muncul terus dipantau dan dicatat dalam pembuatan kebijakan kebijakan pemerintah."
Baca juga: 800 Petugas KPPS di Jateng Positif Covid-19, Paling Banyak Wonosobo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.