Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semakin Berani, Demonstran Thailand Geruduk Markas Tentara

Kompas.com - 30/11/2020, 13:20 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com – Aktivis pro-demokrasi Thailand kembali turun ke jalan melanjutkan aksi protesnya pada Minggu (29/11/2020).

Pada aksi protes tersebut, mereka menggeruduk markas tentara Resimen Infanteri ke-11, yang terkait erat dengan Istana Kerajaan Thailand.

Awalnya, aksi protes tersebut diikuti oleh 800 orang. Setelah para pemimpin protes memberikan pidato, jumlah pengunjuk rasa menjadi sekitar 1.000 orang.

Beberapa pengunjuk rasa yang di barisan paling depan mencoba menyingkirkan dua bus yang digunakan untuk memblokir pintu masuk ke markas tentara tersebut dan menyingkirkan kawat berduri.

Sepasukan polisi anti-huruhara berbaris berdiri di depan gerbang markas tentara. Hingga aksi protes rampung, tidak ada aksi kekerasan yang dilaporkan terjadi.

Baca juga: Profil Sineenat, Selir Raja Thailand yang Foto Seksualnya Bocor ke Publik

Para demonstran yakin bahwa tentara telah merusak demokrasi di Thailand dan bahwa Raja Maha Vajiralongkorn memiliki terlalu banyak kekuasaan dan pengaruh.

Para demonstran yang melangsungkan aksi selama berbulan-bulan itu juga menuntut reformasi untuk membuat monarki lebih bertanggung jawab, menghadapi tabu lama bahwa mengkritik kerajaan diancam hukuman penjara.

“Rakyat seharusnya boleh mengkritik raja. Rakyat seharusnya boleh memeriksa apa yang dia (raja) lakukan. Dengan cara ini, rakyat akan lebih menghormati dan mencintainya,” kata salah satu aktivis, Somyot Pruksakasemsuk.

Somyot pernah mendekam di balik jeruju penjara selama tujuh tahun penjara karena mencemarkan nama baik monarki.

Selain itu, dia juga menghadapi tuntutan pidana sehubungan dengan aksi protes tahun ini sebagaimana dilansir dari Associated Press.

Baca juga: Thailand Klaim Sita Narkoba Senilai Hampir Rp 14 Triliun, Ternyata Bahan Pembersih

Para pengunjuk rasa juga ingin Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha mengundurkan diri dan menginginkan perubahan konstitusi agar dibuat lebih demokratis.

Sebagai panglima militer Thailand pada 2014, Prayuth memimpin kudeta yang menggulingkan pemerintah terpilih.

Di sisi lain, Prayuth juga menghadapi gugatan hukum pada Rabu (25/11/2020) karena dituduh secara ilegal tinggal di rumah dinas tentara meski sudah pensiun dari militer sejak 2014.

Mahkamah Konstitusi akan memutuskan apakah Prayuth benar-benar bersalah atau tidak dalam persidangan mendatang.

Jika terbukti bersalah, Prayuth dapat dipaksa mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri.

Baca juga: Foto Seksual Sineenat Selir Raja Thailand Bocor ke Publik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com