Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joe Biden dan Lima Alasan di Balik Kemenangan dalam Pemilu Amerika Serikat

Kompas.com - 08/11/2020, 15:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

WILMINGTON, KOMPAS.com - Setelah hampir 50 tahun memegang jabatan publik, dan ambisi seumur hidup untuk menjadi presiden, Joe Biden telah memenangkan Gedung Putih.

Ini bukanlah kampanye yang diprediksi siapa pun. Dan terjadi di tengah pandemi sekali-dalam-satu abad serta kerusuhan sosial yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Ia mencalonkan diri melawan petahana yang tidak konvensional dan menentang preseden.

Tetapi dalam ikhtiar ketiganya untuk menjadi presiden, Biden dan timnya menemukan cara untuk melalui berbagai rintangan politik dan meraih kemenangan yang, meskipun tipis dalam penghitungan suara elektoral, diproyeksikan melampaui perolehan suara nasional Trump hingga jutaan suara.

Baca juga: Pilpres AS: Pesan Persatuan Para Pemimpin Dunia kepada Joe Biden dan Kamala Harris

Inilah lima alasan putra seorang penjual mobil asal Delaware ini akhirnya meraih kursi kepresidenan.

1. Covid, Covid, Covid

Barangkali alasan terbesar Biden memenangkan kursi kepresidenan adalah satu hal yang sepenuhnya di luar kendalinya.

Pandemi virus corona, selain merenggut lebih dari 230.000 nyawa, juga telah mengubah kehidupan dan politik Amerika pada tahun 2020. Dan pada hari-hari terakhir kampanye pemilu, Donald Trump sepertinya juga mengakui hal tersebut.

"Dengan beredarnya berita palsu, semuanya adalah Covid, Covid, Covid, Covid," kata presiden pada pawai pekan lalu di Wisconsin, tempat kasus Covid-19 telah melonjak dalam beberapa hari terakhir.

Bagaimanapun, fokus media pada Covid-19 lebih merupakan cerminan daripada pendorong kekhawatiran publik tentang pandemi - terlihat dalam hasil jajak pendapat tentang penanganan krisis yang tidak menguntungkan sang presiden.

Sebuah jajak pendapat bulan lalu oleh Pew Research menunjukkan Biden mendapat 17 poin persentase lebih unggul dari Trump dalam hal kepercayaan atas cara mereka menangani wabah Covid.

Baca juga: Akankah Kemenangan Biden di Pilpres AS 2020 Mengakhiri Tren Politik Identitas?

Pandemi, dan kemerosotan ekonomi yang menyusulnya, membuat Trump harus melepas pesan kampanye pilihannya tentang pertumbuhan dan kemakmuran. Ia juga menyoroti kekhawatiran banyak rakyat Amerika atas kepresidenannya, atas kurangnya fokus, kecenderungan untuk mempertanyakan sains, kesembronoan dalam menangani kebijakan-kebijakan besar maupun kecil, dan prioritas untuk politik partisan.

Pandemi telah mengikis kepopuleran Trump, yang menurut Gallup, turun menjadi 38 persen pada satu titik di musim panas - hal yang dimanfaatkan oleh tim kampanye Biden.

Warga merayakan kemenangan Joe Biden pada pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2020 di Alun-alun Black Lives Matter di seberang Gedung Putih, Washington DC, AS, Sabtu (7/11/2020). Joe Biden dipastikan melenggang ke Gedung Putih dengan 290 suara elektoral yang diraihnya sejauh ini, mengakhiri kepemimpinan 4 tahun Donald Trump.AFP/OLIVIER DOULIERY Warga merayakan kemenangan Joe Biden pada pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2020 di Alun-alun Black Lives Matter di seberang Gedung Putih, Washington DC, AS, Sabtu (7/11/2020). Joe Biden dipastikan melenggang ke Gedung Putih dengan 290 suara elektoral yang diraihnya sejauh ini, mengakhiri kepemimpinan 4 tahun Donald Trump.

2. Kampanye sederhana

Sepanjang karier politiknya, Biden mendapat reputasi sebagai politikus yang sering salah bicara. Kesalahan-kesalahan itu menjadi salah satu faktor yang menggagalkan kampanye pemilihan presidennya pada tahun 1987 dan 2008.

Dalam ikhtiar ketiganya untuk Ruang Oval, Biden masih beberapa kali salah omong, tapi kesalahan itu tidak begitu sering sehingga tidak pernah menjadi masalah jangka panjang.

Sebagian dari penjelasan untuk ini, tentu saja, adalah bahwa Presiden Trump sendiri adalah sumber berita yang tak henti-hentinya. Faktor lain adalah ada cerita yang lebih besar - pandemi virus corona, aksi protes menyusul kematian pria kulit hitam George Floyd, dan masalah ekonomi - yang mendominasi perhatian nasional.

Tetapi setidaknya beberapa pujian perlu diberikan pada strategi kampanye Biden untuk membatasi eksposur kandidat mereka, menjaga tempo dalam kampanye, dan meminimalkan risiko masalah akibat kelelahan atau kecerobohan.

Baca juga: Profil Joe Biden: Presiden AS Tertua, setelah 3 Dekade Mencalonkan Diri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com