Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Menunggu Hasil Pilpres AS dengan Tegang dan Tidak Sabar

Kompas.com - 05/11/2020, 19:08 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Para pemimpin dunia pada umumnya menahan diri untuk tidak berkomentar pada hari Rabu (4/11) ini tentang hasil pemilihan presiden di Amerika.

Mereka lebih memilih untuk menunggu hasil pasti. Tetapi hasil pemungutan suara sejauh ini yang menunjukkan adanya polarisasi di Amerika dan diperebutkan secara ketat, hal itu telah memicu kekhawatiran di luar negeri bahwa perpecahan tajam dan konflik internal di negara adidaya ini mungkin akan berlangsung lama setelah pemenang diumumkan.

Ada juga cemoohan dari Rusia, Afrika dan negara-negara lain bahwa pemilu di Amerika ini menunjukkan bahwa demokrasi Amerika tidak sempurna. Namun, banyak juga kalangan yang memperkirakan semua akan berakhir dan memperingatkan bahwa hasilnya mungkin akan tidak segera diketahui.

Baca juga: Kerusuhan Pilpres AS, Polisi dan Garda Nasional Bentrok dengan Massa Anti-Trump

Dari mobil Ford Model T yang keluar dari jalur perakitan hanya dalam 90 menit hingga layanan 60 detik untuk pesanan burger, Amerika Serikat memiliki andil besar dalam menjadikan dunia sebagai tempat yang menginginkan segalanya serba cepat, prima dan haus akan kepuasan instan.

Demikian pula dengan reaksi berbagai pihak di luar negeri tentang belum diumumkannya hasil pemilihan presiden Amerika yang umumnya mengisyaratkan ketidaksabaran.

Begitu terbangun pada hari Rabu dan mengetahui berita bahwa pemenang pemilihan Amerika mungkin tidak akan diketahui berjam-jam, berhari-hari atau bahkan lebih lama, para pakar memberikan berbagai komentar dan ramalan terbaik mereka.

Dengan belum ditentukannya pemenang langsung antara Presiden Donald Trump dan penantangnya Joe Biden, tebak-menebak untuk mencoba mencari tahu siapa yang akhirnya memenangkan kursi di Gedung Putih, berubah cepat dan menjadi fenomena global.

Para pemimpin pemerintahan bergegas untuk menerima kenyataan akan tertundanya hasil pemilihan dan warga biasa bertukar pandangan, harapan dan ketakutan melalui berbagai media sosial.

“Saya mendengar mungkin perlu beberapa lama sebelum semuanya beres,” kata Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso. “Saya tidak tahu bagaimana hal itu dapat memengaruhi kita,” tambahnya.

Baca juga: Pilpres AS: Polisi Portland Tangkap 10 Orang dan Sita Sejumlah Senjata Para Demonstran

Rabu pagi, orang-orang di pusat kota London juga bereaksi terhadap hasil pemilu Amerika. Karena hasil pemilu masih belum jelas, sebagian pihak menyatakan keprihatinannya tentang kemungkinan terpilihnya kembali Trump.

“Secara pribadi sangat sedih. Saya ingin Biden menang. Tapi mari kita lihat apa yang terjadi pada akhirnya. Saya pikir ini akan terus berlanjut sepanjang minggu ini,” kata seorang warga London.

Di Paris, seorang warga Spanyol, Javier Saenz, tertegun ketika bangun pagi dan mengetahui pemenang pemilihan presiden Amerika belum diumumkan.

“Saya pikir akan ada hasil yang jelas, dan saya telah membaca artikel yang berbeda, tidak ada yang tahu siapa yang akan menang. Saya sangat terkejut dengan itu.”

Pemerintah Perancis pada hari Rabu mengatakan telah membahas pemilihan Amerika dan akan bekerja sama dengan presiden mana pun yang terpilih.

Baca juga: Hasil Pilpres AS: Joe Biden Tempel Ketat Trump di Medan Tempur Georgia

Juru bicara pemerintah Perancis Gabriel Attal mengatakan pemilihan itu dibahas dalam rapat kabinet harian. “Kami telah mencatat bahwa penghitungan suara masih berlangsung. Prancis, tentu saja, akan bekerja sama dengan presiden terpilih.”

Sementara itu, juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pada hari Rabu bahwa pemerintah negara itu memiliki “kepercayaan pada tradisi demokrasi dan lembaga hukum” Amerika.

Steffen Seibert menyampaikan pernyataan itu ketika ditanya oleh para wartawan dalam jumpa pers tentang hasil pemungutan suara yang tertunda antara Presiden Donald Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden.

Pejabat pemerintah Jerman lainnya, Peter Beyer, yang menjabat sebagai Koordinator Kerjasama Trans-Atlantik mengatakan bahwa Jerman perlu bersabar dengan hasil pilpres Amerika yang tertunda.

Baca juga: Update Pilpres AS: Termakan Desas-desus, Pendukung Trump Serbu Gedung Penghitungan Suara

Dia juga menyarankan agar Eropa memiliki tanggapan yang sama jika hasil pemilu berakhir dengan perselisihan berlarut-larut.

Di Moskow, warga Rusia juga bereaksi terhadap pemilihan Presiden Amerika yang belum diputuskan hasilnya.

Ivan Timofeev, seorang guru besar di Departemen Teori Politik di Moscow State Institute of International Relations, mengatakan bahwa “pergolakan adalah normal dalam demokrasi,” seperti halnya “pemilihan yang terpolarisasi.”

Dia menambahkan bahwa menurutnya Kremlin “siap untuk bekerja sama dengan presiden mana pun.”

“Saya kira bahwa Rusia tidak dapat memanfaatkan ketidakpastian dari penundaan hasil ini, dan saya tidak melihat manfaat apa pun bagi Rusia dari ketidakpastian ini. Saya harus mengatakan bahwa keadaan semacam ini adalah hal yang normal untuk demokrasi. Amerika Serikat adalah negara demokrasi tua dan memiliki institusi yang stabil. Perselisihan itu normal saja bagi demokrasi, dan juga normal bagi demokrasi untuk mengalami pemilihan yang terpolarisasi,” ujarnya.

Baca juga: Hasil Pilpres AS: Suara Biden Melonjak Jadi 153.710 di Michigan, Ternyata Salah Ketik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com