Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Teroris, Erdogan Gugat Politisi Sayap Kanan Belanda Geert Wilders

Kompas.com - 28/10/2020, 16:45 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Apa tanggapan pemerintah Belanda?

Perdana Menteri Belanda (PM) Mark Rutte mengatakan gugatan Erdogan tersebut tidak dapat diterima.

"Saya memiliki pesan untuk Presiden Erdogan dan pesannya sangat sederhana. Di Belanda, kami menganggap kebebasan berbicara sebagai salah satu hak yang paling kami hargai dan itu termasuk kartun, termasuk politisi," ujarnya dilansir Reuters.

Ankara telah lama mengkritik pandangan dan kebijakan yang dikemukakan oleh Wilders, pemimpin Partai untuk Kebebasan (PVV).

Bagaimana reaksi para pejabat Turki?

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu pada Minggu menyebut Wilders sebagai "rasis pecundang" yang mencoba mendapatkan dukungan dengan permusuhan terhadap Islam dan orang asing.

"Sudah waktunya bagi Eropa untuk menghentikan politisi manja yang berpikiran fasis," kata Cavusoglu di Twitter.

Devlet Bahceli, pemimpin Partai Gerakan Nasionalis Turki dan sekutu Erdogan, mengatakan pada hari Selasa bahwa Wilders memiliki "hubungan gelap" dengan organisasi teroris.

"Pemimpin Partai untuk Kebebasan (PVV) yang melemah telah membungkuk begitu rendah hingga menyebut presiden kita seorang teroris.

Baca juga: Erdogan Sindir Presiden Perancis untuk Periksa Mental

"Dia telah menunjukkan siapa sebenarnya teroris, fasis dan barbar," kata Bahceli kepada anggota partainya di parlemen, masih dikutip dari Reuters.

Langkah itu dilakukan sehari setelah Erdogan mendesak Turki untuk memboikot barang-barang Prancis atas gambar Nabi Muhammad yang dipajang di Prancis, yang oleh banyak orang Muslim dianggap sebagai penghujatan.

Siapa Geert Wilders?

Wilders sering mengejutkan kalangan politik Belanda dan menyinggung umat Islam.

Dia dibebaskan dalam sidang ujaran kebencian di 2011 atas pernyataan yang menyamakan Islam dengan Nazisme dan menyerukan larangan Alquran.

Bulan lalu dia dibebaskan oleh pengadilan banding atas tudingan diskriminasi, meskipun pengadilan menguatkan dakwaan terhadapnya.

Wilders dituduh memimpin seruan untuk agar ada "lebih sedikit orang Maroko" di Belanda pada sebuah unjuk rasa tahun 2014.

Pada 2016 dia dihukum karena tudingan menghina kelompok dan menghasut diskriminasi.

Tetapi politisi anti-Islam berusia 56 tahun itu menyebut kasus itu sebagai pengadilan pertunjukan politik dan menantang putusan tersebut.

Dia berpendapat bahwa komentarnya harus dilindungi oleh atas hak kebebasan berbicara di negara itu.

Baca juga: Erdogan Beberkan Alasan Turki Dukung Azerbaijan di Perang Nagorno-Karabakh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com