Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Umat Beragama di Bangladesh yang Bersatu Perangi Covid-19

Kompas.com - 28/10/2020, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Ketika wabah virus corona merajalela, muslim Bangladesh bekerjasama dengan umat minoritas untuk meredam dampak pandemi. Hal itu terungkap dalam gelar wicara tentang agama dan corona yang digelar DW di Dhaka, Bangladesh.

Perwakilan dari berbagai agama, termasuk pegiat perempuan muslim, ikut berkecimpung dalam diskusi televisi yang digelar Deutsche Welle di Dhaka, tentang bagaimana agama memberikan sumbangan positif pada penanggulangan wabah corona di Bangladesh.

Pembatasan jarak sosial, higienitas, dan bantuan bagi mereka yang terdampak merupakan tanggungjawab keagaamaan selama krisis, tutur para panelis. Dan darurat kesehatan berdampak kepada semua penduduk, terlepas dari keyakinan masing-masing.

Di pekan pertama Maret silam, Bangladesh mencatat infeksi pertama virus corona. Saat ini, angka penularan sudah mencapai 400.000 kasus, dengan 5.500 angka kematian.

Baca juga: UU Baru Disahkan, 5 Pemerkosa Dihukum Mati di Bangladesh

Gelombang pertama sempat memaksa umat untuk melaksanakan ibadah di rumah masing-masing, meski hanya untuk sementara waktu.

Awalnya, penduduk kebingungan dan ketakutan, tutur seorang panelis. Hal ini mempersulit tugas pemerintah mengimplementasikan aturan kesehatan, menurut AKM Shamsuzzaman, Direktur Institut Nasional Patologi di Bangladesh.

“Ketika pasien pertama diidentifikasi pada 8 Maret, dan satu atau dua pekan kemudian ketika pasien pertama meninggal dunia, semua orang merasa terenyuh," kata dia.

Mufti Waliur Rahman Khan, salah seorang ulama yang aktif di Yayasan Islam, sebuah lembaga keagamaan setara MUI, menyuarakan pandangan serupa.

Baca juga: Kabinet Bangladesh Setujui Hukuman Mati bagi Pemerkosa

Peran Islam

“Di desa-desa, warga sedemikian takut mereka malah semakin sering datang ke masjid. Kami menghadapi tren ini dengan pendidikan moral dan motivasi,” kata Rahman Khan sembari menunjukkan sebuah poster yang bertuliskan hadis Nabi Muhammad untuk mengajak warga taat pada aturan pandemi.

Khan mengaku pihaknya sudah mendistribusikan poster-poster itu ke semua masjid di Bangladesh. Menurutnya hal itu diperlukan untuk mengadang kabar palsu yang disebar imam-imam lokal yang mencibir aturan pembatasan sosial atau menentang aturan penutupan masjid.

“Kami mengelola hampir 300.000 masjid di seluruh negeri. Kami mampu membagikan informasi kepada mereka dalam hitungan jam,” kata Khan.

Dia juga mengaku pihaknya juga menggunakan layanan pesan online, WhatsApp, untuk menerima dan menyebarkan perintah dari Kementerian Agama.

Saat ini Bangladesh menghimpun tokoh-tokoh Islam, termasuk dari berbagai sekte, untuk membentuk komite agar bisa mencari solusi pandemi di komunitasnya sendiri.

Baca juga: Bunuh PRT Indonesia karena Selingkuh, Pria Bangladesh Terancam Hukuman Mati

Peran khusus perempuan

Pandemi corona sejauh ini mencuatkan peran kritis perempuan dalam isu kesehatan publik, kata Azizun Nahar, Asisten Guru Besar Hukum dan HAM di Universitas Asia Pasifik, Dhaka. Perempuan memikul beban terbesar karena mereka mendominasi populasi pekerja kesehatan.

“Sekitar 70 persen tenaga kerja kesehatan adalah perempuan. Artinya ketika warga ketakutan dan berlindung di rumah masing-masing, para perempuan ini keluar rumah untuk memerangi wabah corona,” kata Nahar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com