Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minta Berhubungan Seks sebagai Ganti Bantuan Kemanusiaan, Staf Inggris Akan Dipecat

Kompas.com - 24/10/2020, 20:25 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KOMPAS.com - Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan Inggris (FCDO) baru-baru ini mengumumkan aturan kepada staf bantuan pemerintah untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan korban bencana kemanusiaan.

Seperti diketahui sebelumnya, tahun lalu Departemen Pengembangan Internasional Inggris menyuarakan keprihatinan mereka akan peningkatan drastis eksploitasi seksual dan kekerasan yang dilakukan stafnya.

Melansir Sputnik, dalam surat yang dikirim kepada Thomson Reuters Foundation, Menteri Dalam Negeri FCDO Nigel Adams mengatakan bahwa kantor itu melarang staf bantuan pemerintah untuk melakukan penukaran uang atau pun pekerjaan dan hubungan seksual.

Menurut Adams, tindakan seperti itu tidak dapat diterima dan akan diperlakukan sebagai potensi pelanggaran berat.

Baca juga: Langgar Aturan Covid-19, Ratusan Orang yang Mengantre untuk Pesta Seks Dibubarkan

Adams juga menambahkan bahwa pihak FCDO tidak akan ragu untuk mengambil tindakan cepat jika ada anggota staf mau pun organisasinya gagal menaati aturan ketat.

Surat itu muncul setelah Komite Pembangunan Internasional Parlemen Inggris menyatakan kekhawatirannya bahwa strategi pemerintah yang baru justru menghalangi daripada melarang stafnya melakukan hubungan seksual dengan penerima bantuan.

Ketua Komite, Sarah Champion mengungkapkan pada The Telegraph seperti dikutip Sputnik, Sabtu (24/10/2020) bahwa dia mengeluhkan fakta FCDO baru melarang sekarang.

"Meskipun saya senang pemerintah sekarang setuju untuk melarang hubungan seksual dengan penerima bantuan dan menganggap sebagai pelanggaran yang dapat dipecat, itu (aturan) seharusnya sudah ada sejak awal," keluh Champion.

Baca juga: Toko Mainan Seks Tawarkan Vibrator Gratis Bagi Pemilih Wanita AS

Champion menggambarkan penerima bantuan adalah pihak yang rentan. Dia kaget ketika sebelumnya pemerintah hanya mencoba menghalangi tanpa melarang dengan aturan tegas kepada mereka yang berhubungan seksual dengan korban bencana kemanusiaan.

Larangan itu muncul setelah Departemen Pembangunan Internasional Inggris merujuk pada setidaknya 26 kasus eksploitasi dan pelecehan seksual stafnya yang dilaporkan kepada mereka pada tahun 2019.

Angka itu naik dibandingkan 5 tahun sebelumnya.

Sementara itu, Thomson Reuters Foundation dan situs berita independen nirlaba New Humanitarian memberikan hasil penyelidikan mereka kepada anggota parlemen Inggris tentang kasus tersebut.

Baca juga: Skandal Seks Guru Ini Terungkap Setelah 3 Murid Berdebat Siapa yang Menghamilinya

Dikatakan dalam laporan itu bahwa lebih dari 50 wanita telah menuduh para staf atau pekerja bantuan pemerintah menuntut hubungan seksual sebagai imbalan apa yang telah mereka beri selama tahun 2018 sampai wabah Ebola tahun 2020 di Afrika.

Para wanita itu mengklaim bahwa permintaan seperti itu banyak datang dari mereka yang bekerja untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), badan migrasi PBB (IOM) serta organisasi bantuan kemanusiaan internasional Oxfam dan World Vision.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com