Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berharap Adanya Perubahan jika Biden Menang Pilpres AS

Kompas.com - 24/10/2020, 06:39 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

 

BEIJING, KOMPAS.com - Para pemimpin China berharap Washington akan mengurangi konflik perdagangan, teknologi dan keamanan jika Joe Biden memenangkan pemilihan presiden pada 3 November mendatang.

Namun, perubahan apa pun cenderung hanya bersifat penampilan, bukan substansi, karena frustrasi terhadap Beijing telah meningkat di seluruh spektrum politik Amerika.

Baik anggota parlemen Republik dan Demokrat dan konstituen mereka tampaknya enggan mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap China, mungkin menunjukkan lebih banyak perselisihan di masa mendatang, terlepas dari hasil pilpres.

Melansir Associated Press (AP), hubungan AS-China telah jatuh ke titik terendah dalam beberapa dekade di tengah serangkaian eskalasi konflik terkait pandemi virus corona, teknologi, perdagangan, keamanan dan spying (mata-mata).

Terlepas dari banyak perselisihan di bidang lain, kedua belah pihak saling mengkritik. AS kerap memojokkan China soal sikap Beijing terhadap Hong Kong, Taiwan serta agama dan minoritas di Tibet dan Xinjiang.

Di Amerika juga, menurut riset yang dilakukan pada bulan Maret oleh Pew Research Center, dua pertiga orang AS punya pandangan negatif tentang China.

Polling itu adalah yang tertinggi sejak Pew melakukan survei awal pada tahun 2005.

Baca juga: Terungkap, Trump Ternyata Punya Rekening Bank di China

Apa yang diharapkan dari Biden?

Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, saat berpidato di Amtrak Johnstown Train Station, Rabu (20/9/2020).AP PHOTO/ANDREW HARNIK Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, saat berpidato di Amtrak Johnstown Train Station, Rabu (20/9/2020).

Biden diharapkan mampu memulihkan hubungan yang lebih dapat diprediksi. Setidaknya, kebijakan Biden dianggap "tidak akan emosional dan konyol seperti kebijakan Trump," ungkap Yu Wanli, profesor hubungan internasional di Universitas Bahasa dan Budaya Beijing, dikutip AP.

“Demokrat tampak kurang militan, jadi mereka mungkin lebih berhati-hati untuk mencegah konflik militer yang terbatas dan lebih memperhatikan komunikasi manajemen krisis dengan China,” kata Shi Yinhong dari Universitas Renmin di Beijing, salah satu akademisi hubungan internasional paling terkemuka di Negeri "Panda".

Pejabat intelijen AS percaya para pemimpin China tidak ingin Trump terpilih kembali, menurut pernyataan oleh William Evanina, pejabat kontra-intelijen tertinggi.

Trump selama ini telah mengguncang para pemimpin China dengan menaikkan tarif ekspor China pada 2018. Gedung Putih telah mengesampingkan Huawei, mereka teknologi global pertama China dari jaringan telekomunikasi generasi selanjutnya dengan alasan keamanan.

Akses Huawei ke komponen dan teknologi Amerika terputus, mengancam akan melumpuhkan penjualan globalnya.

Selain itu, Trump juga berusaha melarang perusahaan media sosial China di Amerika Serikat dengan alasan khawatir dapat mengumpulkan banyak informasi pribadi tentang orang-orang AS.

Juga memblokir perusahaan agar tidak berurusan dengan WeChat, layanan pesan populer di China seperti WhatsApp.

Baca juga: Hakim AS Tangguhkan Upaya Trump Larang Aplikasi TikTok

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com